Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sejumlah importir di Pasar Induk Beras Cipinang menilai kisruh impor beras yang terjadi beberapa hari ini hanya persaingan dagang biasa. Ada yang merasa terganggu stok di gudang banyak. Persaingan dagang biasa," ujar importir dari CV Bintang Jaya Sejahtera, Apoi, Rabu (29/1).
Menurut Apoi, pihaknya hanya mengimpor beras sesuai dengan izin yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan yakni importasi beras premium. "Tidak ada beras medium. Izin kita 100% beras premium. Bisa kita buktikan dengan izin LS yang ada," lanjut Apoi.
Beras yang terakhir masuk dari Vietnam, menurutnya, berjenis beras wangi atau Thai Hom Mali dalam bahasa Thailand. Umumnya orang Indonesia mengenalnya dengan sebutan pandan wangi.
Apoi menjelaskan, untuk mendapatkan surat persetujuan impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan, dia harus mengurus rekomendasi terlebih dahulu di Kementerian Pertanian. Lama pengurusan secara manual antara satu hingga dua pekan. Untuk setiap PT, izin yang dikeluarkan sebanyak 200 ton.
"Harga yang diceritakan Rp 8.300 itu bohong semua. Bea masuk yang kita bayar untuk 100 ton Rp 45 juta, jelas kita bayar pajak PPh Rp 23 juta. Saya beli 740 dollar AS per ton. Katakan dikali Rp 12.000, tambah bea masuk dan plastik, modalnya Rp 10.000. Bagaimana mungkin saya jual Rp 8.300?," terang Apoi.
Ia menambahkan, beras medium (white rice) seperti yang diimpor Perum Bulog harganya 400 dollar AS per ton. Beras jenis AAA dari Vietnam juga banyak diimpor oleh importir Cipinang, dengan harga 500 dollar per ton.
Pernyataan senada juga disampaikan Hendra dan Andi. Andi menambahkan, adapun beras yang boleh diimpor oleh importir selain Bulog adalah beras dalam kemasan 5 kilogram (kg), 10 kg, dan maksimal 25 kg. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News