Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Program swasembada pangan yang diusung pemerintah untuk bisa mengekspor produk pertanian hanya cerita saja. Nyatanya, impor berbagai produk pertanian melesat naik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2013 impor produk pertanian sebesar US$ 3,34 miliar. Nilai tersebut kemudian naik empat kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Pada tahun 2013, nilai impor produk pertanian sudah mencapai US$ 14,9 miliar. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan impor pertanian yang naik tersebut diakibatkan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang naik. Tingkat konsumsi yang naik itu seiring dengan semakin banyaknya turis mancanegara yang datang ke tanah air.
Di sisi lain, produksi dalam negeri hanya tumbuh normal. Salah satu contoh produk pertanian yang mengalami lonjakan impor signifikan adalah sayuran.
Melihat data BPS, nilai impor sayuran pada tahun 2013 sebesar US$ 640,76 juta. Nilai ini naik 27,24% dibanding tahun 2012 yang nilainya US$ 503,59 juta.
Impor sayuran dari negeri tirai bambu China menduduki posisi tertinggi dengan nilai US$ 423,95 juta pada tahun 2013. "Impor sayur dari China yang naik tajam adalah bawang putih. Selain itu juga wortel," ujar Sasmito kepada KONTAN, Selasa (12/8).
Ke depannya, dirinya mengakui konsumsi masyarakat akan terus naik dan sulit ditahan. Yang perlu dilakukan adalah pada kebijakan pemerintahan baru nanti, khususnya kebijakan menteri pertanian untuk dapat meningkatkan produksi pangan. Produksi pangan dalam negeri perlu didorong untuk mengimbangi konsumsi masyarakat yang selalu kuat kebutuhannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News