Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Pertama, IMF memandang BI dapat menurunkan suku bunga acuan selama tidak ada tekanan serius terhadap neraca modal. Di sisi lainnya, BI disarankan memantau serius dampak dari kebijakan penurunan suku bunga acuan terhadap arus masuk modal.
Baca Juga: BI punya ruang turunkan suku bunga lebih lanjut, IMF: Ada syaratnya
“BI perlu memonitor secara ketat dampak (pelonggaran suku bunga) terhadap capital inflow, nilai tukar rupiah, dan kinerja keuangan perusahaan dan perbankan,” terang IMF.
Kedua, meski menyarankan BI melonggarkan kebijakan suku bunga, IMF tidak menyarankan hal yang sama untuk kebijakan makroprudensial. Menurut IMF, tidak ada lagi ruang bagi BI untuk melonggarkan lebih lanjut kebijakan makroprudensialnya.
“Justru, BI sebaiknya mengukur dan mengevaluasi dampak dari relaksasi kebijakan makroprudensial yang belakangan sudah diambil,” lanjut IMF.
Baca Juga: Pelemahan rupiah bisa ditahan rilis PDB kuartal kedua
Pasalnya, menjaga dan mengelola penyangga likuditas (liquidity buffer) seperti giro wajib minimum, menurut IMF, tetap penting. Ini untuk memastikan perbankan memiliki amunisi yang cukup untuk mengantisipasi gejolak finansial yang mungkin terjadi tiba-tiba di depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News