Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional atawa International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 dari sebelumnya 5,2% menjadi 5%.
Proyeksi tersebut lebih rendah daripada proyeksi pertumbuhan Indonesia yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yakni sebesar 5,3%.
Proyeksi tersebut tertuang dalam laporan IMF berjudul World Economic Outlook (WEO) Countering the Cost-of-Living Crisis Edisi Oktober 2022 yang dirilis pada Selasa (11/10). IMF tidak menyebutkan alasan yang pasti terkait pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan.
Baca Juga: Wall Street Tertekan, Nasdaq Kembali Anjlok 1,1%
Dalam laporan WOE, IMF menyebut perekonomian global menghadapi sejumlah tantangan yang bergejolak. Kondisi tersebut ditandai dengan inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa dekade, pengetatan kondisi keuangan di sebagian besar wilayah, invasi Rusia ke Ukraina, dan pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, sangat membebani perekonomia global.
Bahkan, normalisasi kebijakan moneter dan fiskal yang memberikan dukungan yang sebelumnya belum pernah terjadi selama pandemi mendinginkan permintaan karena pembuat kebijakan ingin menurunkan target inflasi.
“Kesehatan ekonomi global di masa depan sangat bergantung pada keberhasilan kalibrasi kebijakan moneter, jalannya perang di Ukraina, dan kemungkinan gangguan sisi penawaran terkait pandemi lebih lanjut, misalnya, di China,” tulis IMF dalam laporan.
Baca Juga: Risiko Resesi Global di Depan Mata, Bagaimana Ketahanan Ekonomi Indonesia?
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam empat sampai enam bulan ke depan. Hal tersebut terjadi baik karena kesulitan akibat beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makroekonomi, dan isu stabilitas politik.
Menurut Menkeu, tekanan perekonomian tersebut tidak hanya akan terjadi di negara berkembang saja, namun juga kondisi di banyak negara maju. Ungkapan tersebut dilontarkan setelah Sri Mulyani bertemu dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, di Washington DC pada Selasa (11/10).
Meski begitu, dalam diskusi tersebut, Sri Mulyani menyebut, Kristalina justru memberikan apresiasi kepada Indonesia yang telah meraih pertumbuhan tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat, di tengah kondisi dunia yang berat. Dengan apresiasi tersebut, Sri Mulyani yakin Indonesia akan tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk.
Baca Juga: Saat Dua Wanita Berpengaruh di Dunia Ini Bercengkrama Ngomongin Krisis Ekonomi Global
Keduanya juga sepakat, dalam menghadapi krisis global yang saat ini tengah terjadi, diperlukan mekanisme untuk mitigasi risiko terjadinya resesi apabila kondisi ini benar-benar berlanjut. Yakni sebuah mekanisme yang diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang, untuk membuat bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.
Untuk diketahui, IMF tak hanya memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia saja di 2023 tapi secara global, termasuk negara-negara ASEAN. IMF memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Vietnam dari sebelumnya 7% menjadi 6,2%, Filipina dari 6,5% menjadi 5%, dan Malaysia dari 5,4% menjadi 4,4%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Thailand diperkirakan naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 2,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News