Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2025 turun ke level 115,0, terendah sejak April 2022.
Meski masih dalam zona optimis, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencatat beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan keyakinan konsumen tersebut.
Pertama, pada kuartal III 2025 pemerintah menyebut stimulus ekonomi mulai digulirkan yakni paket 8+4+5, tetapi momentum konsumsi masih melambat. Perlambatan tersebut tercermin dari indeks ritel melemah, transaksi non-tunai tumbuh tapi menurun secara kuartal, serta penjualan mobil masih kontraksi.
“Artinya, waktu survei September 2025 belum sepenuhnya menangkap dampak riil dari stimulus yang implementasinya baru menguat memasuki kuartal IV 2025,” tutur Josua kepada Kontan, Rabu (8/10/2025).
Kedua, sentimen pasar kerja yang rapuh. Josua mencatat, sub-indeks ketersediaan lapangan kerja berada di level pesimistis yakni mencapai 92,0. Hal ini lanjutnya, menandakan alasan rumah tangga menahan pembelian barang tahan lama, ketika prospek kerja belum meyakinkan, konsumsi non-esensial ditunda.
Baca Juga: IKK Turun ke Level Terendah, Begini Pengaruhnya ke Pasar Saham
Ketiga, kenaikan proporsi konsumsi ke 75,1% dengan tabungan yang stabil menandakan share belanja rutin (terutama kebutuhan pokok) membesar; ruang untuk pembelian durable goods mengecil pada kelompok kurang dari Rp 4,1 juta.
Keempat, melemahnya konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di tengah perbaikan sektor eksternal. Meski ada titik terang yakni digital payment, wisatawan nusantara, akumulasi sinyal domestik yang loyo menggerus ekspektasi pendapatan/kegiatan usaha.
Adapun penurunan keyakinan konsumen bersumber dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang turun ke 102,7 dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) turun ke level 127,2.
Di sisi bawah IKE, ketersediaan lapangan kerja turun ke level 92,0 atau berada di zona pesimis, sementara pendapatan saat ini masih kuat 112,9 dan pembelian barang tahan lama 103,2.
Secara spasial, berdasarkan kelompok pengeluaran di bawah Rp 4,1 juta dinilai masih lemah dalam pembelian barang tahan lama, sedangkan kelompok dengan pengeluaran di atas atau sama dengan Rp 4,1 juta dinilai relatif lebih optimistis.
Dalam struktur keuangan rumah tangga, proporsi konsumsi terhadap pendapatan meningkat menjadi 75,1%, proporsi cicilan terhadap pendapatan menurun menjadi 11,2%, sementara proporsi tabungan terhadap pendapatan tetap stabil di angka 13,7%.
Baca Juga: Mengapa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Turun Agustus 2025? Fokus pada Menengah Bawah
Lebih lanjut, Josua membeberkan, konsumsi rumah tangga berpeluang menguat moderat secara kuartal didorong musim liburan (Nataru), percepatan eksekusi stimulus, dan likuiditas yang lebih longgar, yakni uang primer dan uang kartal naik tajam pada September 2025, base money Rp 1.764 triliun, mata uang beredar Rp 1.200 triliun, indikasi kesiapan kas untuk transaksi akhir tahun.
Akan tetapi, bila dilihat secara tahunan, Josua memperkirakan laju konsumsi kemungkinan masih di bawah pola pra-pandemi karena sentimen kerja belum pulih penuh dan belanja durable masih selektif.
Ia menambahkan, trajektori konsumsi pada semester I-2026 akan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu pemulihan ketersediaan lapangan kerja yang dapat memunculkan efek pengganda terhadap pembelian barang tahan lama, kecepatan realisasi stimulus serta keberlanjutan transfer dan penyerapan tenaga kerja, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok agar proporsi konsumsi tidak hanya terkonsentrasi pada komoditas.
“Dengan tiga prasyarat itu, konsumsi diperkirakan berpeluang kembali ke kisaran 5% yoy tanpa perbaikan pasar kerja dan harga pangan, konsumsi berisiko datarnya di bawah 5% dengan komposisi belanja didominasi kebutuhan rutin,” tandasnya.
Selanjutnya: BlibliFresh Hadirkan Promo Telur Gratis Hingga 31 Oktober, Begini Cara Dapatnya
Menarik Dibaca: BlibliFresh Hadirkan Promo Telur Gratis Hingga 31 Oktober, Begini Cara Dapatnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News