kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ikappi: Operasi pasar yang dilakukan Bulog kurang terasa


Selasa, 01 Januari 2019 / 15:29 WIB
Ikappi: Operasi pasar yang dilakukan Bulog kurang terasa
ILUSTRASI. Konsumen memilih beras di Pasar Induk Beras Cipinang


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga pangan di Jakarta terpantau mengalami kenaikan dalam seminggu terakhir. Namun untuk komoditas beras, harga dipantau mengalami kenaikan Rp 100 per kilogram (kg)-Rp 200 per kg tiap harinya. Diperkirakan bisa mencapai titik puncak di Februari bila tidak ditangani oleh pemerintah.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menyampaikan harga beras dalam beberapa hari terakhir terus mengalami kenaikan. "Permintaan memang tinggi karena natal tahun baru, sedangkan stok sepertinya tidak tersuplai baik sehingga harga naik," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (1/1).

Beberapa varietas beras yang ia laporkan naik adalah beras muncul yang pekan lalu seharga Rp 12.000 per kg dan hari ini di Rp 12.550 per kg. Beras perah, minggu lalu seharga Rp 12.100 per kg dan hari ini di Rp 12.800 per kg. 

Sementara, beras Ramos alias IR64, minggu lalu seharga Rp 11.000 per kg dan hari ini di RP 11.900 per kg. Dan beras ramos IR64 - II, minggu lalu di Rp 10.300 per kg dan hari ini di Rp 11.000 per kg. Harga-harga ini menurut Abdullah adalah kompilasi rata-rata dari harga beras di Jakarta.

Kenaikan harga ini juga tercermin dari perkembangan harga beras di situs resmi PT Food Station Tjipinang Jaya selaku indikator keadaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang. Untuk beras Cianjur Kelapa pada 25 Desember di Rp 13.150 per kg dan pada akhir tahun 2018 di Rp 13.325 per kg. 

Kemudian beras IR 64 dalam periode sama dari harga Rp 10.650 per kg menjadi Rp 10.800 per kg. Begitu juga IR 64-II dari harga Rp 10.075 per kg menjadi Rp 10.200 per kg.

Stok beras menurut Abdullah menjadi kunci pengendalian harga. Sebelumnya, Bulog dilaporkan memiliki stok beras hingga akhir tahun 2018 sebanyak 3,28 juta ton. Stok beras ini berasal dari pengadaan dalam negeri sebesar 1,5 juta ton dan dari impor sebesar 1,78 juta ton. Dari pengadaan tersebut, juga telah dilakukan operasi pasar pengendalian harga pada bulan November dan Desember silam.

"Tapi Bulog gelontorkannya ke pedagang di luar pasar, misal di intansi pemerintah atau stand di pinggir jalan di luar pasar. Sehingga stok di pasar dan pedagang tetap tidak ada dan tidak ada juga efek psikologis rendahkan harga," kata Abdullah.

Dalam pantauannya, operasi pasar yang dilakukan Bulog lebih sering disalurkan ke luar pasar seperti ke Rumah Pangan Kita (RPK) milik badan logistik tersebut, sehingga beras tersebut tidak banyak menyentuh pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×