Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Indonesia Corruption Watch (ICW) mendesak Komisis Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memanggil Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi. Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW Emerson Yuntho mengatakan, KPK harus perlu memanggil Nurhadi terkait berkas Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Nurhadi yang belum lengkap.
"KPK perlu panggil Nurhadi dalam hal belum melengkapi berkas LHKPN," kata Emerson saat dihubungi wartawan, Selasa (18/3).
Emerson menilai adanya kejanggalan dalam pengangkatan Nurhadi sebagai Sekretaris MA. Apalagi, hingga saat ini rekam jejak soal perolehan kekayaan Nurhadi belum jelas. Oleh karena itu menurutnya, Nurhadi pun layak dipecat.
"Nurhadi layak dipecat, karena proses pengangkatannya yang dinilai janggal termasuk belum menyelesaikan LHKPN dan rekam jejak yang bersangkutan khususnya soal tidak jelasnya perolehan kekayaaan. Pimpinan MA diminta jangan melindungi Nurhadi," tambah Emerson.
Lebih lanjut menurut Emerson, Nurhadi juga perlu dipanggil untuk memberikan kejelasan terkait pembagian souvenir berupa perangkat elektronik Ipod Shuffle dalam pesta resepsi pernikahan anaknya.
Terkait pesta mewah tersebut kata Emerson, adalah tindakan tidak terpuji dan memalukan. Pasalnya, Nurhadi merupakan pejabat publik sehingga memberikan cerminan yang buruk bagi yang bersangkutan, maupun institusi asalnya.
Oleh karena itu, Emerson juga mengimbau kepada seluruh penyelenggara negara yang menerima souvenir Ipod tersebut agar melaporkan ke bagian Gratifikasi Komisis Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Jika dalam waktu 30 hari penerima tak melaporkan hal itu, maka dapat dianggap suap," tambah Emerson.
Sebelumnya, Nurhadi kembali menjadi sorotan lantaran pesta resepsi pernikahan putrana Rizky Wibowo dengan Rizki Aulia Rahma di Hotel Mulia, Jakarta, Sabtu (15/3) malam lalu. Pasalnya, pernikahan tersebut dinilai terlalu mewah. Tamu yang hadir diberi suvenir perangkat elektronik iPod Shuffle.
Acara resepsi itu sengan 2.500 undangan tersebut, juga dihadiri tamu-tamu penting, seperti Wakil Presiden Boediono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan kalangan pejabat tinggi negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News