Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tax Center Ajib Hamdani memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV sebesar 5,1%.
Menurut Ajib, hal ini disebabkan faktor depresiasi nilai rupiah, nilai impor yang lebih besar dari ekspor serta current account yang masih defisit.
Di kuartal III tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,17% year on year (YoY). Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dari kuartal ketiga 2017 yang sebesar 5,06%, namun melambat dari kuartal kedua 2018 yang sebesar 5,27%.
Menurut Ajib, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi paling cepat adalah terus mengembangkan ekspor atau memasukkan investasi untuk hilirisasi pertanian dan pertambangan. "Yang perlu dicermati adalah pembukaan impor untuk beberapa komoditas yang memang sangat penting untuk menjaga inflasi, misalnya impor jagung," tutur Ajib kepada Kontan.co.id, Senin (5/11).
Menurut Ajib, hal ini memang akan merugikan bila dilihat dari sisi perdagangan neto. Tetapi, hal tersebut dibutuhkan untuk mengendalikan inflasi.
Pemerintah tidak bisa secara instan membuat pondasi untuk investasi masuk. Karena investasi inilah yang bisa jadi jaminan agar pertumbuhan ekonomi lebih sustain," jelas Ajib.
Ajib menilai, solusi yang paling cepat dan berkelanjutan untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Karena itu, pemerintah harus jeli dalam membuat insentif fiskal, insentif moneter dan regulasi yang ramah terhadap pengusaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News