kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Desember 2019, realisasi investasi lewat PINA mencapai US$ 8,7 miliar


Rabu, 25 Desember 2019 / 16:03 WIB
Hingga Desember 2019, realisasi investasi lewat PINA mencapai US$ 8,7 miliar
ILUSTRASI. CEO PINA Center Ekoputro Adijayanto (kiri)


Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa tugas Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) Center akan segera berakhir di penghujung tahun 2019. Selama dua tahun terakhir, PINA Center telah mencatat pembiayaan investasi sekitar Rp 122 triliun atau US$ 8,7 miliar.

Chief Executive Officer (CEO) PINA Ekoputro Adijayanto, mengatakan, selama dua tahun terakhir proyek yang sudah financial close sebanyak Rp 122 triliun atau setara dengan US$ 8,7 miliar. Jumlah itu untuk pembiayaan sekitar 15 proyek di bidang infrastruktur dan industri.

Menurut Eko, masa tugas PINA Center di Bappenas sudah selesai per 31 Desember 2019.

Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) ingin punya porsi kepemilikan mayoritas Tol Probolinggo-Banyuwangi

Meski begitu, Eko mengatakan, setelah tanggal 1 Januari 2020, skema PINA akan tetap menjadi alternatif pembiayaan non Anggaran Pemerintah yang dikoordinasi Bappenas. 
Pelaksanaannya akan dilakukan secara business-to-business tanpa ada fasilitasi secara khusus melalui satu unit PINA Center yang selama dua tahun ini dilaksanakan.

Ia mengatakan, bentuk fasilitasi seperti unit PINA Center dapat dilaksanakan dimana saja dan tidak harus di Bappenas. Dengan catatan, selama ada pipeline project yang feasible dan membutuhkan investasi ekuitas, serta terdapat investor yang memiliki dana untuk ditempatkan sebagai ekuitas.

Eko menyatakan, navigasi investor (mengarahkan dan mengawal proses investasi sampai dengan terealisasi) yang selama ini menjadi kelebihan unit PINA Center dapat terus dilanjutkan dari mana saja tanpa adanya unit khusus di Bappenas.

"Bappenas akan tetap memberikan arah kebijakan atas proyek strategis yang membutuhkan pendanaan ekuitas, namun fasilitasinya tentu bisa dimana saja misalnya berkoordinasi dengan Kementerian BUMN atau lembaga Pemerintah lain serta lembaga investasi swasta," ujar Eko Selasa (24/12).

Sebagai informasi, beberapa proyek yang telah difasilitasi oleh PINA di antaranya PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) melalui anak usahanya PT Energi Infranusantara (EI) dengan PT Carpediem Elektrikal Nusantara (CEN) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Sintang, Kalimantan Barat.

Baca Juga: PINA lirik dana pensiun luar negeri untuk investasi di proyek infrastruktur Indonesia

Selain itu, ada pula kerjasama konstruksi antara PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk dengan PT Girder Indonesia dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk untuk pembangunan jalan tol ruas Ancol Timur Pluit (elevated) sebagai bagian penambahan ruang lingkup Jalan Tol ruas Cawang-Tanjung Priok-Ancol Timur-Jembatan Tiga/Pluit.

Kerjasama PT Kaltimex Energy dan Pemerintah Kabupaten Banggai untuk mengupayakan proyek pembangkit Iistrik tenaga sampah (waste to energy) di Luwuk, Sulawesi Tengah. Kerjasama PT Daya Mulia Turangga (DMT), GAMA Group dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk untuk fasilitasi pembiayaan pembangunan jalan tol ruas Solo-Yogyakarta-New Yogyakarta International Airport (NYIA) sepanjang 91,93 kilometer sebagai pendukung akses menuju bandara di Kulon Progo.

Kerjasama antara PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan PT China Construction Communication Company (CCCI) untuk pembangunan jalan tol trans jawa rute Probolinggo - Banyuwangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×