Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan non minyak dan gas (migas) dengan Amerika Serikat (AS) sepanjang Januari hingga April 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa di Badan Pusat Statistik BPS Pudji Ismartini menyampaikan, surplus neraca perdagangan non migas Indonesia dengan AS mencapai US$ 6,42 miliar dan menjadi penyumbang surplus terbesar.
Surplus neraca dagang non migas dengan AS ditopang impor mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya atau HS 85 dengan surplus sebesar US$ 1,25 miliar.
“Kemudian alas kaki atau HS 64 (US$ 838,4 juta), kemudian pakaian dan aksesoris/rajutan atau HS 61 (US$801,4 juta),” tutur Pudji dalam konferensi pers, Senin (2/6).
Baca Juga: Nilai Ekspor Batubara Sepanjang Januari-April 2025 Turun 19,74% Jadi US$ 8,17 Miliar
Selanjutnya, negara yang menyumbang surplus terbesar adalah India yang mencapai US$ 4 miliar. Dengan penyumbang surplus pada komoditas bahan bakar mineral HS 27 US$ 2,03 miliar.
Kemudian, lemak dan minyak hewan nabati HS 15 sebesar US$ 805 juta, dan besi dan baja HS 72 mencapai US$ 398,4 miliar.
Di posisi ketiga adalah Filipina dengan surplus sebesar US$ 2,92 miliar. Penyumbang surplus dari negara ini adalah kendaraan dan bagiannya HS 27 mencapai US% 904,2 juta, lemak dan minyak nabati HS 15 sebesar US$ 326,2 juta, dan bahan bakar mineral HS 27 sebesar US$ 751,3 juta.
Sebaliknya, Pudji juga menyebut tiga negara penyumbang defisit dagang non migas terbesar dengan Indonesia sepanjang Januari-April 2025.
Di urutan pertama adalah defisit dengan China mencapai US$ 6,9 miliar. Defisit ini didorong impor mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS 84 dengan defisit US$ 5,72 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian atau HS 85 US$ 5,2 miliar, serta kendaraan dan bagiannya atau HS 87 sebesar US$ 1,38 miliar.
Kedua adalah Australia, yang menyumbang defisit dagang non-migas sebesar US$ 1,57 miliar. Komoditas utama pendorong defisit dagang dengan Australia yaitu bahan bakar mineral US$ 441,2 juta, serealia US$ 435,1 juta, serta logam mulia dan perhiasan/permata US$ 329,8 juta.
Baca Juga: BPS Catat Ekspor Sepanjang Januari hingga April 2025 Capai US$ 87,36 Miliar
Ketiga adalah dengan Hong Kong, yang menyumbang defisit dagang non-migas sebesar US$ 485,5 juta.
Komoditas utama pendorong defisit itu adalah logam mulia dan perhiasan/permata US$329,4 juta, kain rajutan US$56,8 juta, serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis US$49,3 juta.
Untuk diketahui, kinerja surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mencapai US$ 0,16 miliar. Surplus ini tercatat menipis bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus US$ 4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan pada April 2025 ini merupakan yang terendah sejak Mei 2020 yang mana kala itu surplusnya mencapai US$ 2,09 miliar.
Selanjutnya: Pemerintah Sebut Pancasila Jadi Kompas Pembangunan Ekonomi Menuju Indonesia Emas 2045
Menarik Dibaca: Mau Manicure Sendiri di Rumah? Hindari 5 Kesalahan Manicure Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News