kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Hibah alat mesin pertanian Kemtan tak optimal


Minggu, 09 Desember 2018 / 14:37 WIB
Hibah alat mesin pertanian Kemtan tak optimal
ILUSTRASI. ALAT MESIN PERTANIAN


Reporter: Denita BR Matondang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hibat alat mesin pertanian (alsinta) dari Kementerian Pertanian (Kemtan) tak memiliki pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani dan tingkat produksi tanaman pangan Indonesia. Para petani masih gagap memanfaatkan alat ini.

Berdasarkan data Direktur Alsinta Kemtan Andi Nur Alamsyah, tahun 2018, Kemtan memberi bujet sebesar Rp 2,81 triliun untuk membeli 70.839 unit alsinta yang berfokus pada subsektor padi, jagung dan kedelai. Per November 2018, anggaran dan target sudah terealisasi sebesar 98%. Artinya, sekitar Rp 2,75 triliun dana sudah dirogoh untuk alokasi total 69.196 unit alsinta kepada 69.196 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 500 hektare (ha). Tahun lalu, ada sebanyak 84.356 unit alsinta yang dialokasikan.

“Sisa anggaran untuk pendaan sekitar 1.697 unit yang belum dialokasikan dari target di akhir tahun,” kata Andi saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (8/12) lalu.

Andi mengatakan, hibah alat mesin ini mampu menekan biaya operasional sampai 35% hingga 48% dalam produksi petani. Harapannya, kesejahteraan petani meningkat seiring dengan produksi. Saat ditanya besaran harapan tersebut, Andi dan Kepala Seksi Perkebunan dan Peternakan Subdit Penyediaan AlsintaTogi Hutabarat malah berkelit menyatakan tak berwenang untuk berkomentar terkait dua hal itu.

Inspektorat Jenderal (Itjen ) Kemtan Justan Riduan Siahaan dan Sekretariat Jenderal (Sekjen) Kemtan Syukur Iwantoro juga kompak menyatakan produksi pangan terus meningkat. Impor pertanian diklaim masih dalam keadaan wajar. “Impor jagung dua tahun terakhir kan turun terus, kemudian di tahun 2018 malah ekspor. Tanya ke Direktur Alsinta (Andi) untuk lengkapnya,” kata Syukur saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/12).

“Cita-cita pemerintah kan swasembada pangan. Sebutlah jagung. Kalau pemerintah impor 5% dari kebutuhan nasional itu masih swasembada. Mengapa bertanya impor, tidak ekspor? Faktanya ekpor jagung saat ini 300.000 ton, impor 100.000 ton. Kan masih surplus,” kata Justan usai konpres capaian kerja Kemtan tahun 2014-2019 di Gedung Kemtan, Jumat (7/12).

Berdasarkan database Kemtan, impor beras dari Januari hingga September tahun 2018 mencapai 1,73 juta ton, jagung 770.000 ton, dan kedelai 5,4 juta ton. Sedangkan jumlah impor beras sepanjang tahun 2017 mencapai 127.000 ton, jagung 638.000 ton, dan kedelai 7,1 juta ton. Artinya, dalam dua tahun terakhir tingkat impor pangan naik tajam terutama pada beras dan kedelai.

Sedangkan, untuk ekspor beras sejak Januari hingga Oktober 2018 mencapai 3.000 ton, jagung 300.000 ton, dan kedelai 11.000 ton. Sepanjang tahun 2017, jumlah ekspor beras mencapai 3.532 ton, jagung 47.000 ton, dan kedelai 56.000 ton. Artinya, kemampuan ekspor Indonesia semakin kecil.

Komitmen pemerintah untuk menjadi lumbung pangan dunia mustahil diraih. Sementara itu, BPS mencatat nilai tukar petani nasional pada Oktober 2018 turun 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×