Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini pemerintah mengumumkan kasus hepatitis misterius yang terjadi pada anak.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, kasus hepatitis misterius yang menyerang beberapa anak di dunia seperti di Eropa, Amerika, dan Asia sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit ini.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro – Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muzal Kadim menyebut hepatitis misterius ini memang lebih rentan kepada anak karena anak belum memiliki sistem imun yang sempurna. Tetapi tidak menutup kemungkinan hepatitis ini juga rentan terhadap orang dewasa.
“Tetapi ada juga sebenarnya hepatitis akut ini yang justru terjadi pada orang yang memiliki sistem imun kuat seperti orang dewasa. Karena justru yang menghancurkan atau merusak sel hati adalah kekebalan tubuh sendiri untuk menghancukan virus, namun keberadaan virus ada di sel hati. Maka sel hatinya juga bisa hancur,” katanya pada awak media secara daring, Sabtu (7/5).
Baca Juga: Gejala dan Cara Mencegah Hepatitis Akut pada Anak yang Belum Ditemukan Penyebabnya
Meski demikian hingga saat ini masih kasus hepatitis misterius ini belum ditemukan kepada orang dewasa dengan sitem imun yang kuat. Namun dia menegaskan kondisi orang dewasa dengan sistem imun yang kuat juga terkadang rentan terhadap serangan hepatitis akut.
Dia menjelaskan gejala hepatitis umumnya karena saluran cerna. Jadi gejala saluran cerna ini biasnya muntah, diare, sakit perut, demam. Lalu lebih lanjut lagi ada kuning biasanya di kelopak mata.
“Bisa kuningnya juga ke badan kalau lebih berat lagi, dan makin berat lagi bisa menyebabkan kesadaran menurun kalau sel hatinya sudah banyak yang rusak. Jadi tergantung derajatnya. Kalau kerusakanya semakin berat gejalanya juga semakin berat,” tambahnya.
Oleh karena dia menghimbau, jika sudah menemukan gejala hepatitis seperti yang sudah disebutkan sebelumnya agar segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Kemudian, kita lanjutkan protokol yang saat ini sedang berlangsung seperti pakai masker, jaga jarak untuk mengurangi risiko penularan lewat droplet, walaupun ini masih dugaan,” sebut Muzal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News