Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peternak ayam buka suara terkait kenaikan harga telur yang mencapai Rp 32.000/kg.
Presiden Layer Indonesia, KI Musbar Mesdi menjelaskan bahwa kenaikan harga telur ini terjadi karena beberapa faktor.
Pertama, populasi ayam petelur secara nasional saat ini belum sepenuhnya pulih. Sehingga berpengaruh pada aspek supply and demand telur.
Baca Juga: Harga Telur Naik, di Pasar Tembus Rp 32.000 Per Kg
Kedua, adanya kenaikan pada harga pokok produksi seperti pakan di pabrik. Sementara pemerintah hingga saat ini tidak bisa lakukan intervensi harga pakan pabrikan.
"Untuk masalah ini solusinya di saat biaya produksi per Kg naik, diharapkan Badan Pangan sesuai dengan Perpres 125 tahun 2023 bisa melakukan reevaluasi Perbadan No 5 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen," kata Musbar pada pada Kontan.co.id, Selasa (16/5).
Ketiga, lanjut Musbar, adanya kenaikan permintaan dari kegiatan pemerintah untuk program bansos pangan juga turut menaikkan harga telur di tingkat konsumen.
"Apalagi bulan Mei ini sudah mulai pendaftaran bakal calon legislatif merata di seluruh Indonesia. Otomatis kebutuhan nasi bungkus atau nasi rames pasti juga meningkat," jelas Musbar
Sependapat dengan Musbar, Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofi Yasifun mengatakan, kenaikan harga telur disebabkan permintaan yang naik.
Baca Juga: Cek Harga Pangan di Jambi, Jokowi Minta Pemda Bantu Biaya Transportasi Pedagang
“Harga telur naik ini karena demand naik, orang hajatan ramai, hidup kembali normal setelah libur Panjang," kata Rofi.
Berdasarkan data tahunan PPRN menunjukkan pasca idul fitri memang selalu ada kenaikan harga biasanya di H+21 sampai h+27 lebaran.
Faktor lain yaitu karena kenaikan biaya produksi yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Sehingga harga telur di konsumen sekitar Rp 29.000 sampai dengan Rp 30.000 per Kg adalah wajar,” ujar Rofi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News