kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga pangan dongkrak inflasi 0,3%


Jumat, 01 April 2016 / 06:12 WIB
Harga pangan dongkrak inflasi 0,3%


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NUSA DUA. Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi di bulan Maret. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan akan terjadi inflasi sekitar 0,3% selama Maret. Faktor utamanya berasal dari kenaikan harga pangan, terutama hortikultura.

Arief Hartawan, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan harga-harga produk di sejumlah daerah, pihaknya memprediksikan pada Maret ini akan mengalami inflasi, setelah pada Februari lalu mengalami deflasi.

"Survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Departemen Statistik BI pada Maret kemungkinan akan ada inflasi, tapi mungkin masih antara 0,1%-0,3%, sepertinya bisa 0,3%," kata dia, Rabu (30/3).

Ia menjelaskan, sepanjang Maret 2016 musim penghujan masih mempengaruhi produktivitas komoditas pangan di sejumlah daerah. Khususnya, untuk produk cabai, bawang, serta tanaman palawija. Sehingga, kenaikan harga produk tersebut menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi.

"Maret ini kan masih cabai sama bawang, tanaman palawija, apalagi musim hujan begini," kata Arief.

Hingga Desember mendatang, BI masih optimistis inflasi akan tetap terkendali di kisaran 4% plus minus 1%, sesuai target BI. Menurut Arief, penurunan harga minyak mentah yang berdampak pada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 500 per liter per hari ini (1/4) membuat harga jual produk pangan akan terkendali.

BI tetap optimistis inflasi masih rendah meskipun subsidi listrik akan dipangkas oleh pemerintah melalui program migrasi golongan rumah tangga 900 VA ke 1.300 VA. Kebijakan itu dinilai tidak berpengaruh besar.

Sebab, harga listrik juga akan turun sejalan dengan penurunan harga minyak. "Kalaupun subsidinya minimal, kami sudah coba hitung, ternyata dampaknya diproyeksikan tidak terlalu signifikan terhadap inflasi pada 2016 ini," jelas Arief.

Dendi Ramdani, Ekonom Bank Mandiri menambahkan, penurunan harga BBM jenis solar subsidi dan premium akan berdampak positif terhadap inflasi. Menurut dia, pengaruh penurunan BBM memang diproyeksikan dapat menurunkan inflasi tahunan, yang semula diprediksi 5% menjadi 4,5%.

"Penurunan BBM saat ini sebesar Rp 500 per liter masih belum banyak berdampak banyak pada peningkatan daya beli masyarakat, namun dampak turunannya lebih kepada inflasi.

"Sehingga inflasi yang lebih terjaga dengan penurunan biaya produksi," ujar Dendi, kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×