kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Harga minyak rendah, PHK bayangi industri migas


Senin, 01 Februari 2016 / 20:47 WIB
Harga minyak rendah, PHK bayangi industri migas


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Rendahnya harga minyak dunia nampaknya mulai mempengaruhi industri minyak dan gas bumi (migas) khususnya terkait pengurangan tenaga kerja.

Sejumlah perusahaan migas mulai melakukan efisiensi baik berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) ataupun mengakhiri kerja sama dengan perusahaan subkontraktor migas.

Amiern Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan, tahun lalu kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang telah mem-PHK karyawannya yakni BP, perusahaan asal Inggris.

"Jumlahnya nggak banyak, tapi untuk yang sekarang Chevron sudah mengajukan jumlahnya mencapai 1.200 orang," kata dia, Senin (1/2).

Ia menjelaskan, pengurangan tenaga kerja oleh Chevron dilakukan beberapa tahap, mulai dari pengajuan secara sukarela, hingga penawaran pinsiun dini. "Saya belum tahu, tahapannya usah selesai apa belum, prosesnya sampai kapan saya juga belum tahu," kata Amien.

Selain itu, sejumlah perusahaan migas juga sudah banyak yang mengakhiri kerja sama dengan subkontraktor, yakni dengan tidak memperpanjang kontraknya. Menurut Amien, perusahaan migas perlu melakukan efisiensi lantaran turunnya harga migas di pasar internasional.

"Harga minyak jatuh itu penyebabnya jelas, belanja modal dan belanja operasional ditekan. Salah satunya, dengan mengurangi kegiatan eksplorasi," jelas Amien.

Asal tahu saja, harga minyak dunia saat ini mencapai sekitar mencapai US$ 33 per barel, harga tersebut jauh ketimbang dengan proyeksi rata-rata harga dalam APBN 2016 sebesar US$ 50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×