kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Dunia Turun, Harga BBM Subsidi Mestinya Diturunkan


Rabu, 28 September 2022 / 18:18 WIB
Harga Minyak Dunia Turun, Harga BBM Subsidi Mestinya Diturunkan
ILUSTRASI. Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Penurunan harga minyak mentah mestinya membuka peluang penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia turun signifikan dalam beberapa waktu terakhir dari US$ 120 per barel kini merosot ke level ke bawah US$ 80 per barel. Penurunan harga minyak mentah mestinya membuka peluang penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, tren penurunan harga minyak mentah yang terjadi saat ini menjadi sinyal positif bagi beban subsidi energi yang juga akan ikut turun.

Oleh karena itu, pemerintah masih mempunyai peluang menurunkan kembali harga BBM subsidi kembali ke harga yang sama sebelum terjadinya kenaikan.

Bhima mengatakan, langkah tersebut harus dilakukan pemerintah, setidaknya mengembalikan harga BBM jenis pertalite ke level Rp 7.650 per liter dan untuk solar ke level Rp 5.150 per liter.

"Langkah ini harus dilakukan karena tidak fair, tidak adil apabila harga minyak mentah turun maka beban subsidinya juga menurun. Pemerintah masih menahan harga BBM yang mahal. Jadi ada kemungkinan Pertalite diturunkan lagi setidaknya di bawah Rp 7.650, atau kembali ke level Rp 7.650 per liter, dan solar sekitar Rp 5.000 per liter untuk jenis subsidi," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (28/9).

Baca Juga: Berpotensi Habis Oktober, Kuota BBM Subsidi Belum Ditambah

Namun di sisi lain, Bhima bilang, dengan adanya penurunan harga minyak mentah maka Indonesia sebagai penghasil komoditas yang paling besar seperti minyak sawit dan batubara juga harus bersiap diri menghadapi adanya tren penurunan harga komoditas.

"Artinya sektor-sektor yang menjadi primadona akan berubah menjadi sektor yang mengalami kontraksi paling tajam. Ini lah yang disebut roller coaster dari komoditas, karena hanya dalam waktu singkat harga komoditas naik turun sehingga sulit diperkirakan," tambahnya.

Ia menyarankan pemerintah untuk mempersiapkan sebuah skenario apabila sektor berbasis komoditas turun maka pemerintah harus mendorong sektor yang lain. Misalnya saja sektor berbasis industi pengolahan atau pun sektor ekonomi digital sehingga penurunan harga komoditas tidak langsung membuat perekenomian Indoensia mengalami konstraksi yang cukup dalam.

Baca Juga: Rupiah dan Harga Minyak Dunia Anjlok, Apakah Harga BBM Bisa Turun? Ini Kata Menkeu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×