kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,44   -4,07   -0.44%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Gabah Petani Naik, Jokowi Minta Stabilisasi Pasokan


Minggu, 08 Oktober 2023 / 16:25 WIB
Harga Gabah Petani Naik, Jokowi Minta Stabilisasi Pasokan
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke Subang, Jawa Barat. Jokowi mendapat laporan harga gabah membaik.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke Subang, Jawa Barat. Dalam kunjungan kerja tersebut, Jokowi mendengarkan langsung aspirasi petani. Salah satunya, para petani di sana menuturkan, harga gabah saat ini semakin baik. 

Jokowi juga menyebutkan, upaya stabilisasi pasokan dan harga beras di tingkat konsumen terus dilakukan pemerintah.

“Petaninya senang (karena) harga gabahnya (baik). Kalau petaninya senang, ini yang tidak senang pembeli berasnya. (Ini) yang harus kita atasi dengan memasok (Cadangan Beras Pemerintah) sebanyak-banyaknya ke pasar agar harga bisa turun," kata Jokowi dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (8/10).

Saat ini, Jokowi mengatakan, harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang sudah turun. Penurunan juga diharapkan terjadi hingga ke pasar eceran, sehingga harga beras di konsumen diharapkan juga bisa ikut turun.

Ia memastikan, pemerintah terus fokus dalam upaya menstabilkan harga beras bagi masyarakat. Harga beras di Indonesia dikatakannya masih lebih rendah dibandingkan harga beras di negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Brunei, dan Timor Leste.

Baca Juga: Jokowi Bandingkan Harga Beras di Indonesia dengan Brunei hingga Singapura

Pada awal tahun, Badan Pangan Nasional telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang berfungsi sebagai jaring pengaman agar harga GKP tidak jatuh, terutama pada saat panen raya.

“Petani padi mengaku ke Presiden senang dengan harga gabah yang baik. Kalau di hulu sudah bersemangat produksi, nanti di hilir akan merasakan dampak positifnya. Semua harus seimbang agar dapat menciptakan situasi petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum,” ucap Kepala Badan Nasional/National Food Agency (NFA) yang juga Plt. Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi.

Arief menyebutkan, panen padi hari ini diharapkan dapat mendorong penguatan produksi pangan nasional. 

Pasalnya dengan produksi mulai terakselerasi, akan dapat memenuhi kebutuhan pasokan sehingga stabilitas harga diharapkan terjaga. 

"Hari ini bersama Bapak Presiden melihat langsung panen padi. Petani kita masih bisa tanam dan panen. Total luasan panen yang ada di Subang mencapai 500 hektar. Kita juga melihat kiprah PT Sang Hyang Seri (SHS) sebagai BUMN yang fokus di benih bibit unggul. Ke depannya kita terus dorong ekosistem budidaya pertanian yang sifatnya end to end," terang Arief.

Arief juga mengungkapkan bahwa pada lokasi yang tidak jauh dari lokasi panen bersama Presiden Jokowi hari ini, Bapanas bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian BUMN, dan pelaku usaha sektor pangan telah memprakarsai pilot project budidaya pertanian berbasis bibit unggul sejak Juli lalu.

Project tersebut turut melibatkan BUMN sebagai penyedia bibit dan pemilik lahan pertanian serta sebagai offtaker hasil panen.

“Di Juli lalu, kami menggagas suatu project pilot pada Demonstration Area (Dem Area) seluas 47,25 hektar. Itu berlokasi di lahan SHS. Disana telah ditanami padi bibit unggul berbagai varietas dan teknologi tanam tertentu. Secara umum, kita optimis taksiran panennya mencapai 7 ton per hektare. Selanjutnya hasil panen akan langsung diserap oleh Perum Bulog sebagai offtaker,” beber Arief.

Nantinya skema closed loop seperti ini akan dilakukan replikasi pembudidayaan secara luas dan masif ke berbagai daerah. Arief meyakini skema pengadaan beras sejak on farm merupakan salah satu strategi yang tepat dalam pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang berbasis produksi dalam negeri 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) pada September 2023 mencapai 111,56 atau meningkat 13% dibandingkan September 2022 (year on year). 

Pasca diterbitkannya Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafakasi Harga Gabah dan Beras, serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras di Maret 2023, NTPP di Mei 2023 tercatat di 95,70 dan semakin melejit hingga 111,56 pada September 2023.

Sementara itu, harga beras medium di pasaran mulai menunjukkan situasi yang kondusif. Berdasarkan data Panel Harga NFA, terpantau harga beras medium di tingkat pedagang eceran per 7 Oktober 2023 Rp 13.180 per kilogram. Mengalami penurunan 0,3% atau 40 poin dari 1 Oktober di mana harga beras tersebut tercatat Rp 13.220 per kilogram.

Sementara harga beras medium IR-III di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) juga mengalami penurunan dari Rp 11.331 per kilogram pada 1 Oktober 2023, menjadi Rp 11.106 per kilogram per 6 Oktober 2023. Adapun pasokan beras di PIBC juga terus dijaga agar stoknya dalam kondisi normal. Per  6 Oktober 2023 stok PIBC mencapai 29.000 ton.

Baca Juga: Panen Padi 9 Ton Saat El Nino, Jokowi: Tambah Cadangan Beras, Tapi Masih Kurang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×