Reporter: Edy Can | Editor: Edy Can
MANADO. Gunung Lokon kini berstatus awas. Sebelumnya, Gunung Lokon ini terus memuntahkan abu vulkanik hingga Minggu (10/7). Bahkan, ketinggian abu yang dimuntahkan kian bertambah. Dari sebelumnya hanya 250 meter kini mencapai 500 meter.
Sejak Sabtu (9/7) malam lalu, tercatat sedikitnya terjadi 40 kali letusan hingga sore kemarin sekitar pukul 17.15 WITA. Intensitas waktu terjadinya letusan pun tergolong singkat yakni dari 10 menit hingga 1 jam. Akibatnya, petugas pemantau gunung api harus kerja ekstra 24 jam memantau aktifitas Gunung Lokon lewat sesmograf (alat pencatat gempa) di Pos Pemantau.
Dari pantauan terlihat, kepulan asap berwarna putih keabu-abuan bermuatan abu vulkanik bertekanan kuat keluar dari kawah gunung membubung tinggi ke angkasa. Warga di Kelurahan Tinoor Kecamatan Tomohon Utara yang masuk dalam kawasan siaga bencana merasakan dampak langsungnya.
"Abu vulkanik tersebar merata di daerah kami, dan kami jadi takut karena langit diselimuti asep tebal, apalagi informasi aktifitas gunung sangat jarang disampaikan, sehingga kami jadi tidak tahu apa-apa, apakah dalam kondisi membahayakan atau tidak," jelas Oscar Lolowang, warga Tinoor.
Hendra Gunawan, Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Lokon mengatakan kondisi gunung ini sulit dipastikan keberadaannya sebab meski menunjukkan rekaman kegempaan yang tinggi, tapi juga tak menunjukkan letusan besar seperti yang terjadi pada Gunung Soputan. "Intensitas gempa naik, tapi tidak langsung meletus (besar). Lokon yang sekarang berbeda dengan yang dulu," jelasnya.
Karena sulit memastikan lewat data kegempaan, pihaknya kata Hendra terpaksa melakukan pengukuran gas untuk melihat perkembangan aktifitas gunung. "Dari hasil pengukuran gas, terlihat ada suplai magma dari dalam gunung," jelasnya.
Dari hasil pencatatan kegempaan, masih terekam gempa tremor secara terus menerus dengan amplitudo mencapai 8 milimeter. Farid Bina, Kepala Pos Pemantau Gunung Lokon menambahkan terjadinya letusan itu didahului dengan gempa vulkanik (tipe A dan B) dari dalam gunung.
"Adanya gempa vulkanik dan tremor memicu terjadinya letusan karena ada energi yang mendorong dari dalam ke permukaan," katanya.
Gempa tremor yang terjadi, menurutnya berfluktuatif setiap hari yang mengindikasikan adanya aktivitas atau suplai magma dan gas dari dalam gunung ke permukaan yang menyebabkan terjadinya letusan. "Magma dan gas dalam gunung bergejolak terus, hingga menyebabkan abu vulkanik keluar terbawa angin ke arah Utara (Tinoor)," tutur Farid. (Warstef Abisada/Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News