Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi usai libur panjang masih bisa ditoleransi meski cukup dalam.
“Kalau dibandingkan dengan negara emerging market lainnya tingkat pelemahan rupiah secara year to date sekitar 2,3%. Saya kira cukup tolerable dibandingkan negara lain,” kata Perry di Gedung BI, Jumat (22/6).
Ia mengatakan, dibandingkan kondisi dalam negeri, di mana inflasi masih rendah, pelemahan nilai tukar ini tidak terlalu buruk. "Misalnya, kami lihat bahkan dengan tingkat BI 7DRR sekarang yang 4,75% dan juga tingkat inflasi 3,5% atau 3,6%. Itu riil interest rate-nya berapa? Itu kan berarti 1,2% atau 1,3% tingkat riil interest rate yang cukup menarik,” ucapnya.
Adapun, Perry mengatakan bahwa perbedaan antara suku bunga obligasi pemerintah 10 tahun yang berada pada 7,5% saat ini dan US Treasury Bond 10 tahun yang 2,9% masih menarik
“Perbedaan hampir 4,5% itu sangat menarik bagi investor asing membeli SBN untuk pembiayaan fiskal kita. Itu lebih dari cukup untuk kompensasi risiko yang ada,” jelasnya.
Oleh karena itu, langkah pre-emptive lain di RDG yang akan datang yang bisa berupa kenaikan suku bunga akan membuat perbaikan di pasar keuangan Indonesia. Adapun, kebijakan di sektor perumahan yang bakal relaksasi bisa membuat pasar keuangan membaik.
“Nanti bukan hanya perumahan yang akan membaik tapi juga pertumbuhan ekonomi yang akan membaik. Itu akan menarik bagi investor di saham dengan langkah itu,” kata Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News