Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Partai Golkar berpendapat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terlambat. Seharusnya, pemerintah sudah menaikan harga BBM sejak beberapa tahun lalu.
"Menurut kami kenaikan harga BBM relatif terlambat," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Harry Azhar Aziz saat diskusi di Jakarta, Sabtu (8/6/2013).
Harry mengatakan, pihaknya rasional menyikapi rencana kenaikan harga BBM saat ini. Jika tidak mendukung kenaikan harga BBM, kata dia, maka parpol membiarkan pemerintah melanggar undang-undang lantaran defisit anggaran akan melampaui batas, yakni tiga persen.
"Pertanyaanya apakah kita tahan kenaikan harga BBM? Apakah itu strategi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan partai yang lain?," tanya Wakil Ketua Komisi XI DPR itu.
Ketika disinggung sikap Golkar saat pemerintah hendak menaikkan harga BBM tahun 201 , Harry menyebut ketika itu Golkar tidak menolak. Hanya saja, menurut dia, pihaknya memberikan batasan bahwa pemerintah hanya bisa menaikkan harga BBM ketika harga minyak dunia menyentuh 120 dollar per barel. Kenyataannya, harga minyak tidak menyentuh angka itu.
Harry lalu menyinggung kenaikan harga BBM tahun 2008. Kata dia, harga BBM malah diturunkan kembali menjelang pemilu 2009. Menurut Harry, tiga kali menurunkan harga BBM dari Rp 6.000 per liter hingga Rp 4.500 per liter yang menyebabkan Susilo Bambang Yudhoyono terpilih kembali menjadi Presiden di Pilpres 2009.
"Pak SBY sangat cerdik sekali. Golkar kurang cerdik. Yang umumkan kenaikan harga BBM adalah Pak JK (Jusuf Kalla, ketika itu Wakil Presiden), tapi ketika mengumumkan harga BBM turun Pak SBY. Golkar waktu itu bela pemerintah. Tapi yang dibela tidak sadar," kata Harry sambil tertawa. (Sandro Gatra/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News