kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Global Dihadapkan Perubahan Iklim, Jokowi: 22 Negara Stop Ekspor Beras


Selasa, 24 Oktober 2023 / 13:33 WIB
Global Dihadapkan Perubahan Iklim, Jokowi: 22 Negara Stop Ekspor Beras
ILUSTRASI. Sebanyak 22 negara menghentikan sementara ekspor beras karena mengalami gagal panen imbas kekeringan. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/aww.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian global semakin tidak menentu, salah satunya dihadapkan pada tantangan perubahan iklim, yakni kekeringan yang menyebabkan produksi beras berkurang hampir di seluruh negara.

Presiden Joko Widodo mengatakan, tantangan perubahan iklim tersebut tidak bisa dianggap remeh. Sebab, sebanyak 22 negara menghentikan sementara ekspor beras karena mengalami gagal panen imbas kekeringan.

“Dulunya kita anggap sesuatu yang masih absurd tetapi sekarang sudah nyata kekeringan super. El Nino betul-betul kita rasakan dan produksi beras turun hampir di semua negara. Ada 22 negara mengerem, tidak ekspor beras lagi,” tutur Jokowi dalam agenda BNI Investor Daily Summit 2023, Selasa (24/10).

Baca Juga: Paling Lambat November 2023, Beras Impor Akan Kembali Tiba di Tanah Air

Selain itu pelemahan ekonomi global, kebijakan yang diambil negara maju seperti Amerika Serikat yang diprediksi akan menaikkan suku bunganya lagi juga perlu diwaspadai. Hal ini karena kenaikan suku bunga juga membuat situasi semakin rumit bagi negara berkembang.

Capital outflow semuanya lari balik ke Amerika Serikat semakin merumitkan kita semuanya,” ungkapnya.

Faktor lain, geopolitik di Rusia dan Ukraina juga masih terus berlanjut dan belum ada kepastian kapan akan berakhir, ditambah adanya kekhawatiran Israel dan Palestina yang saat ini kembali memanas dan mengkhawatirkan karena berpotensi melebar ke negara lainnya seperti Lebanon. Suriah, hingga Iran.

“Saya cek kemarin harga (minyak) Brent masih US$ 89 per barrel tapi kalau meluas seperti tadi yang saya sampaikan kita enggak mengerti, bisa mencapai US$ 150 per barel. ini harus kita waspadai,” katanya.

Baca Juga: Selamatkan Rakyatnya Sendiri-sendiri, Jokowi: 19 Negara Sudah Membatasi Ekspor Pangan

Atas permasalahan global tersebut, Dia mewanti-wanti agar semua pihak untuk mewaspadai sentimen ini terhadap ekonomi dalam negeri, baik dari sisi moneter maupun fiskal. 
Menurutnya meski Indonesia sudah memiliki arah kebijakan atau peta jalan untuk menopang ekonomi di masa depan seperti hilirisasi, namun implementasinya masih tetap harus diwaspadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×