kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Gejolak rupiah bisa pengaruhi konsumsi karena harga makanan naik


Senin, 09 Juli 2018 / 18:39 WIB
Gejolak rupiah bisa pengaruhi konsumsi karena harga makanan naik
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen kembali meningkat di bulan Juni tahun ini. Sebab, hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2018 naik 3 poin ke level 128,1 dibandingkan 125,1 pada bulan sebelumnya.

Kenaikan itu didorong oleh sejumlah faktor pendukungnya, terutama indeks pembelian barang tahan lama. Ekonom BCA David Sumual mengatakan, meski membaik namun masih ada tantangan yang dapat mempengaruhi konsumsi pada tahun ini, yakni gejolak nilai tukar rupiah. Sebab, hal ini bisa memicu kenaikan harga, terutama produk makanan.

“Produk makanan rencanya naik 3% sampai 7% bila rupiah terus lemah. Naiknya tidak besar tapi berpengaruh juga ke konsumsi,” ujar David kepada Kontan.co.id, Senin (9/7).

David menyatakan, produk makanan yang mungkin akan naik adalah yang tempe dan tahu yang berbahan dasar kedelai. Adapun, kemungkinan harga produk makanan yang berbahan dasar gandum serta susu juga akan naik.

Meski harga-harga tersebut saat ini masih ditahan oleh pengusaha, David mengatakan bahwa ini harus diwaspadai. Sebab, efeknya terhadap konsumsi terbilang cepat apabila yang naik adalah produk makanan.

Namun, sepajang pendapatan masyarakat meningkat, hal ini tidak akan berpengaruh terlalu besar. Harapannya, pendapatan masyarakat di daerah pun masih bagus karena harga komoditas masih tinggi. “Tapi kita lihat seiring BBM non subsidi yang naik,” ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyatakan bahwa pengusaha makanan dan minuman akan mengevaluasi harga produk setelah Lebaran apabila pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut. 

Sebab, dampak pelemahan nilai tukar cukup besar bagi perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor. “Karena pelemahan rupiah hingga di atas Rp 14.000 per dollar AS, maka pengaruh ke kenaikan harga pokok penjualan sekitar 3% hingga 7%,” ujar Adhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×