Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, garis kemiskinan Indonesia pada Maret 2023 meningkat menjadi Rp 550.458 per kapita per bulan.
Garis kemiskian ini meningkat 2,78% bila dibandingkan dengan September 2022. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Maret 2022, garis kemiskinan juga naik 8,90%.
Sekretariat Utama BPS Atqo Mardiyanto menyampaikan, perkembangan garis kemiskinan merupakan penentu status miskin dari penduduk untuk garis kemiskinan. Peningkatan garis kemiskinan di wilayah perkotaan lebih tinggi dari wilayah pedesaan.
Adapun garis kemiskinan pada pedesaan tercatat sebesar Rp 525.050 per kapita per bulan, naik 2,78% dari Rp 513.170 per kapita per bulan pada bulan September 2022.
Kemudian, garis kemiskinan di perkotaan pada Maret 2023 sebesar Rp 569.299 per kapita per bulan, meningkat 3,07% dari Rp 552.349 per kapita per bulan pada September 2022.
“Berdasarkan komponen pembentuknya peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan,” tutur Atqo dalam rilis BPS, Senin (17/7).
Baca Juga: BPS Sebut Perekonomian Indonesia Terus Membaik, Ini Faktor Pendorongnya
Garis kemiskinan makanan tercatat sebesar Rp 408.522 per kapita per bulan atau mencapai total garis kemiskinan sebesar 74,21 %. Sementara itu, garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 141.936 per kapita per bulan atau 25,79%.
Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.
Pada Maret 2023, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.
Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 19,35% di perkotaan dan 23,73% di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua yakni 12,14% di perkotaan dan 11,34% di perdesaan).
Komoditas lainnya adalah daging ayam ras 4,53% di perkotaan dan 2,93% di perdesaan, telur ayam ras 4,22% di perkotaan dan 3,34% di perdesaan, mie instan 2,56% di perkotaan dan 2,24% di perdesaan, gula pasir 1,69% di perkotaan dan 2,35% di perdesaan, dan seterusnya.
Komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan 8,81% di perkotaan dan 8,38% di perdesaan, bensin 3,96% di perkotaan dan 3,78% di perdesaan, dan listrik 3,10% di perkotaan dan 1,78% di perdesaan.
Sebagai informasi garis kemiskinan mencerminkan nilai rupiah pengeluaran minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan.
Garis kemiskinan terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non-makanan (GKNM).
Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
Sedangkan garis kemiskinan non makanan merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan non-makanan berupa perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
Baca Juga: BPS Catat Jumlah Penduduk Miskin Pada Maret 2023 Turun Jadi 25,9 Juta Orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News