kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Forum Pemred ingin kawal Indonesia jadi lebih baik


Kamis, 13 Juni 2013 / 19:04 WIB
Forum Pemred ingin kawal Indonesia jadi lebih baik
ILUSTRASI. Bayam, sayuran hijau yang kaya manfaat untuk tubuh.


Reporter: Ardian Taufik Gesuri | Editor: Amal Ihsan

NUSA DUA. Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) bertekad mengawal agenda mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan perkasa bagi kesejahteraan rakyat. Demikian benang merah yang disampaikan oleh Ketua Forum Pemred Wahyu Muryadi dan Ketua Panitia Pelaksana Pertemuan Puncak Pemred Se-Indonesia Muhamad Ihsan dalam pembukaan acara dua hari itu di Nusa Dua Convention Center, Bali, Rabu (13/6/2013).

Menurut Ihsan, ada tiga alasan yang melatarbelakangi digelarnya Pertemuan Puncak yang dihadiri sekitar 300 pemred media cetak dan elektronik, terasuk situs berita online, itu. Pertama, perekonomian Indonesia sedang bagus-bagusnya di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia sejak 2008 yang bermula dari Amerika Serikat kemudian menjalar ke Eropa dan beberapa negara lain.

“Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir selalu di atas 6% harus dijaga. Saat ini pendapatan per kapita kita sekitar US$4.000, jumlah kelas menengah terus meningkat, dan 70% angkatan kerja kita ada di usia produktif, serta rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) kita termasuk di level aman,” kata Ihsan yang juga Pemimpin Redaksi Majalah warta Ekonomi.

Dia menambahkan, momentum positif itu bisa terjaga antara lain dengan mengatasi berbagai persoalan yang menghambat. “Adanya masalah yang mendesak di sisi infrastruktur dan kesenjangan pendapatan harus segera diatasi agar momentum kebangkitan -- yang mungkin tidak akan terjadi lagi dalam 50 tahun ke depan – dapat dipelihara.”

Kedua, kebebasan pers harus dijaga dengan kedewasaan kita. Saat ini kebebasan pers Indonesia boleh dibilang paling liberal di kawasan Asia. Sayangnya, kebebasan ini belum dibarengi oleh rasa tanggung jawab dari mayoritas pelakunya.  Konten berita media massa Indonesia demikian bebas, sehingga nyaris tanpa rasa sopan santun – termasuk kepada pranata-pranata negara yang seharus diberlakukan dengan rasa hormat.

Bahkan, di media sosial, kondisinya lebih parah lagi. Suksesnya penetrasi internet – 63 juta pengguna pada 2012 dan kemungkinan 85 juta pada 2013 – belum dibarengi kedewasaan para pemakainya. Mengutip dari penelitian Kementerian Kominfo, untuk urusan memaki-maki orang Indonesia berada pada urutan nomor satu di dunia.

Ketiga, adanya semangat partisan para tokoh yang sedang mengejar ambisi politik. Tanpa harus menyebut nama, kita bisa dengan mudah melihat para politikus dengan bebas menyerang lawan politiknya dengan mengesampingkan akal sehat publik. Sayangnya, tingkat pendidikan masyarakat kita yang belum memadai, membuat kebohongan-kebohongan ini belum terdeteksi oleh kebanyakan masyarakat.


“Sungguh menyedihkan melihat pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal menghiasi media massa kita. Sebagian masyarakat – yang punya kepentingan tertentu – justru memperkuat kebohongan ini. Sungguh ironis hal ini justru terjadi di era globalization 3.0 (meminjam istilah Thomas Friedman) di mana di dunia yang lebih beradab justru individu mampu menjadi driver pengawal peradaban, bukan korban peradaban. Sedihnya, cukup banyak media massa yang berperan dalam situasi ini.”

Atas dasar kondisi ini diperlukan penyamaan visi dari para pemimpin dan pemilik media, karena – seperti yang dikatakan berbagai penelitian – media massa masih menjadi pranata publik yang paling dipercaya dibandingkan dengan pranata publik lainnya. Pertemuan Puncak ini diselenggarakan untuk menyamakan visi para pemimpin redaksi dan pemilik media untuk mengawal momentum emas menuju Indonesia perkasa yang lebih baik bagi kemakmuan dan kesejahteraan rakyat. "Tim perumus juga sudah membuat draf Komitmen Bali. Ini adalah semacam deklarasi dan komitmen dari kami semua untuk membuat semacam himbauan agar berbagai elemen bangsa bersatu padu membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Ihsan.


Sementara itu, Wahyu Muryadi memaparkan lima sektor kunci yang dibicarakan dalam Pertemuan Puncak Pemred 2013 guna mewujudkan cita-cita Indonesia yang lebih baik. Kelima sektor itu ialah infrastruktur, ketahanan pangan, kedaulatan energi, keuangan, dan teknologi, informasi, komunikasi (TIK).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×