kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Fitra menilai pertumbuhan ekonomi sebesar 5% di tahun depan over ambisius


Kamis, 08 Oktober 2020 / 16:59 WIB
Fitra menilai pertumbuhan ekonomi sebesar 5% di tahun depan over ambisius
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di rangka atap proyek pembangunan stasiun kereta ringan LRT Jabodebek di Jakarta, Selasa (06/10/2020). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Tendi Mahadi

Kelima, BUMN berkontribusi sangat signifikan terhadap pendapatan negara. Sehingga dalam kurun waktu 10 tahun terakhir BUMN seakan menjadi beban apalagi ditengah Covid-19.  Keenam, Kesehatan selalu menjadi prioritas utama tetapi belanja fungsi ekonomi lebih tinggi dibanding belanja fungsi kesehatan. Sehingga, perlu dijadikan catatan bahwa ini menjadi janji palsu pemerintah dalam penanganan Covid-19. 

Ketujuh, belanja infrastruktur justru lebih tinggi sedangkan belanja modal untuk fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan lebih rendah. Menurutnya, dalam APBN 2021, belanja modal untuk program peningkatan kualitas fasilitas dan sarana kesehatan tidak meningkat signifikan. Melainkan untuk mendukung agenda digitalisasi serta pembangunan infrastruktur perekonomian di kawasan perbatasan, tertinggal dan wilayah 3T.

Baca Juga: Pemerintah menjual SUN Rp 46,2 triliun ke Bank Indonesia (BI) untuk burden sharing

Kedelapan, utang negara dianggap masih aman tetapi justru malah semakin membebani APBN. Sehingga, pemerintah selalu beranggapan bahwa pembiayaan utang sebagai instrumen kebijakan fiskal untuk mempercepat penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi.  “Utang kita semakin meroket dari Rp 402,1 triliun di tahun 2019 menjadi Rp 1.225,5  triliun pada 2020. Di tahun 2021 rencana pembiayaan utang Rp 1.142,5 triliun,” tandasnya. 

Kesembilan, anggaran untuk penanganan Covid-19 masih belum responsive gender dan masih sangat minim. Bahkan menurutnya, insentif tenaga medis menunjukkan adanya diskriminasi terhadap mereka yang berada di baris terdepan.  “Insentifnya relatif kecil yakni Rp 7,5 juta per bulan untuk perawat, tenaga medis Rp 5 juta per bulan dibandingkan dengan dokter spesialis lainnya yang Rp 15 juta per bulan,” katanya. 

Sehingga, Misbah berharap pemerintah perlu melakukan rasionalisasi lagi terhadap asumsi dasar ekonomi makro 2021. Sehingga APBN 2021 akan diubah dengan porsi yang lebih rasional. 

Selanjutnya: BPN: UU Cipta Kerja memungkinkan negara sediakan rumah rakyat gratis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×