Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom senior INDEF Faisal Basri mewanti-wanti potensi pola pemulihan ekonomi Indonesia berbentuk seperti huruf K (K-shaped recovery).
Faisal mengatakan, kalau sampai pola pemulihan K-shaped ini terjadi, maka bisa terjadi jurang yang makin lebar antara si kaya dan si miskin.
“Nanti, kalau K-shaped, maka yang kaya-kaya saja yang bisa recovery. Sementara yang orang kecil (miskin), lambat pulihnya dan bahkan cenderung semakin miskin,” ujar Faisal, belum lama ini.
Baca Juga: Gapmmi: Penjualan produk makanan dan minuman terdampak PPKM Darurat
Sejauh ini, Faisal masih belum melihat desain pola pemulihan yang merata dalam proses pemulihan saat ini. Yang ada, memang yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Ini juga terlihat dari jumlah orang kaya Indonesia yang meningkat pada tahun 2021, atau malah pada saat pandemi. Mengutip Credit Suisse Research Institute, jumlah penduduk dengan kekayaan bersih US$ 1 juta atau lebih yang tercatat sebanyak 171.740 orang pada tahun 2020.
Jumlah ini meningkat 61,69% year on year (yoy) dari jumlah pada tahun 2019 yang sebanyak 106.215 orang. Pun meningkat dari jumlah pada tahun 2014 yang hanya 98.487.
Lembaga tersebut juga mencatat, jumlah orang Indonesia sangat kaya atau dengan kekayaan tercatat lebih dari US$ 100 juta pada tahun 2020 sebanyak 417 orang atau meningkat 22,29% yoy dari jumlah pada tahun 2019.
Kemudian, menilik data wealth concentration ratio dari Credit Suisse Research Institute, Indonesia menduduki peringkat ke-8 di dunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Russia, Filipina, India, Afrika Selatan, dan Singapura, dengan angka 3,8.
Baca Juga: Pemerintah masih optimistis pola pemulihan ekonomi V-shape
Asal tahu saja, wealth concentration ratio ini merupakan rata-rata kekayaan dibagi dengan median. Semakin tinggi angkanya, maka jurang antara si kaya dan si miskin makin lebar.
Untuk itu, Faisal pun meminta agar pemerintah bisa berlaku adil terhadap rakyatnya, terutama dalam hal pemberian kebijakan dan memberikan bantuan.
“Jadi, memang terbukti selama 5 tahun terakhir ini, kebijakan lebih condong untuk membantu orang kaya saja. Membantu masyarakat seadanya saja. Tolong urus yang rakyat kecil juga,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News