kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fadly Zon: Operasi Densus 88 bak Teroristainment


Jumat, 10 Mei 2013 / 13:09 WIB
Fadly Zon: Operasi Densus 88 bak Teroristainment
ILUSTRASI. Bank BTN optimistis transaksi digital terus meningkat sampai tahun depan


Reporter: Adhitya Himawan |

JAKARTA.  Fadly Zon, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra. mengritik operasi penangkapan terduga teroris oleh Detasemen Khusus 88 Polri di beberapa kota. Ia menilai operasi itu bak huburan "Teroristainment' yang terlalu terbuka sehingga justru dapat memicu radikalisme baru.

Sebagaimana diketahui, operasi Densus 88 di Bandung berlangsung sekitar 8 jam dan telah menewaskan tiga terduga teroris. Operasi serupa juga dilakukan di Tangerang Selatan, Kendal dan Kebumen. Hasilnya, 13 orang ditangkap dan 7 orang terduga teroris tewas.

Sayangnya, operasi Densus 88 berdurasi panjang dan ditayangkan live oleh media. Inilah yang disayangkan Fadly. "Kita patut apresiasi kerja Densus 88.  Tapi kenapa begitu lama? Apakah sudah sesuai prosedur sampai bisa diliput live oleh media?,"ujar Fadly Zon, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra kepada KONTAN, Jumat, (10/5).

Padahal operasi Densus 88 didukung aparat dengan jumlah banyak. Selain 18 anggotanya, tim Densus 88 masih dibantu tim Polda Jabar dan Polres Bandung. Fadly menganggap operasi harusnya bisa lebih singkat mengingat jumlah terduga teroris jauh lebih sedikit dan minim perlawanan. Dirinya pun juga meragukan terjadinya baku tembak. "Peluru royal sekali berhamburan tapi terlihat satu arah. Apakah memang ada baku tembak?,"ujar Fadly.

Fadly berkata, seharusnya kepolisian tidak menyajikan hiburan 'Teroristainment' kepada rakyat. Kondisi ini dapat memunculkan bahaya radikalisme baru. Sebab dendam lebih hebat dari kerabat dekat terduga teroris akan semakin berkobar. Apalagi belum tentu mereka benar-benar teroris meningat status baru terduga saja.

Fadly berharap upaya pemberantasan terorisme harus diiringi  pencegahan sistemik. Ia melihat kemiskinan dan ketidakadilan sebagai kunci utama penyebab benih radikal teroris masih mudah bermunculan. Upaya balas dendam terhadap tindakan aparat yang represif, bisa juga menjadi alasan munculnya kembali aktivitas radikal teroris. "Tokoh2 agama perlu dilibatkan agar ada persuasi,"pungkas Fadly.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×