kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Elektabilitas Partai Demokrat dan PKS terjun bebas


Selasa, 19 Februari 2013 / 13:13 WIB
Elektabilitas Partai Demokrat dan PKS terjun bebas
ILUSTRASI. Pelanggar protokol kesehatan KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Fahriyadi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Elektabilitas Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terjun bebas setelah keduanya mengalami prahara politik baru-baru ini. Elektabilitas ini merupakan hasil survei yang dikeluarkan oleh Lembaga Survei Jakarta (LSJ) yang diumumkan di Jakarta, Selasa (19/2).

Seperti diketahui, Partai Demokrat baru-baru ini mengalami prahara ketika Ketua Majelis Tinggi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil alih kursi kepemimpinan partai. Sementara itu, PKSĀ  mengalami cobaan ketika Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq tersangkut kasus impor daging sapi yang kini ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Rendy Kurnia, Peneliti Senior LSJ menyatakan, hasil survei yang dilakukan tanggal 9-15 Februari 2013 lalu, menempatkan Partai Demokrat di urutan keempat dengan porsi 6,9%, sedangkan PKS berada di urutan ketujuh dengan 2,6%, jika Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan saat ini.

Anjloknya elektabilitas kedua parpol ini, menurut Rendy karena dipengaruhi beberapa faktor. Ia bilang, penurunan suara Demokrat disebabkan menurunnya kepercayaan publik kepada parpol pemenang pemilu 2009, pasca SBY mengambil alih Demokrat dari Ketua Umum, Anas Urbaningrum.

"Publik sebagian besar menganggap tindakan SBY tidak tepat dengan mengambil alih partai Demokrat, seharusnya SBY fokus mengurus negara bukan mengurus Partai," ujar Rendy.

Sementara itu, Igor Dirgantara, Peneliti LSJ lainnya menambahkan, publik tidak mengapresiasi tindakan SBY untuk ambil alih Demokrat dari tangan Anas. "SBY dinilai tak konsisten, di satu sisi memerintahkan menterinya tetap fokus mengurus negara. Sedangkan dirinya sendiri sibuk mengurusi penyelamatan Demokrat selama beberapa pekan terakhir," ujarnya.

Selain faktor pengambilalihan Demokrat, Igor menyebutkan bahwa, citra partai penguasa itu semakin memburuk karena publik tetap menganggap partai penguasa itu sebagai Partai terkorup. "Dampak langsungnya terlihat dengan tingkat elektabilitas yang hanya 6,9% saja yang setia memilih Demokrat," katanya.

Setali tiga uang dengan PKS. Igor bilang, merosotnya elektabilitas PKS dikarenakan publik sudah tak lagi percaya bahwa PKS masih menjadi "Partai Bersih". Bahkan, pasca penetapan Luthfi sebagai tersangka kasus impor daging sapi, membuatĀ  PKS menggeser Partai Golkar sebagai partai terkorup kedua, setelah Demokrat yang berada di urutan pertama.

Sekadar informasi, LSJ menggunakan metode survei random sampling yang dilakukan di 33 Provinsi. Pihaknya menjaring sebanyak 1225 responden dengan margin error 2,8% dan tingkat kepercayaan 95%. "Kami melakukan survei lewat wawancara dan kuesioner," kata Rendy.

Berikut peringkat elektabilitas partai hasil survei LSJ :

1. Partai Golkar : 18,5%

2. PDI Perjuangan : 16,5 %

3. Partai Gerindra : 10,3%

4. Partai Demokrat : 6,9%

5. Partai Hanura : 5,8%

6. Partai Nasdem : 4,5 %

7. PKS : 2,6%

8. PAN : 2,5%

9. PPP : 2,4%

10. PKB : 1,8%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×