Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Anjloknya ekspor minyak nabati atau vegetable oil yang didominasi oleh minyak sawit mentah (CPO) pada April 2014 lebih disebabkan karena faktor siklus. Sebab saat itu adalah bersamaan dengan kenaikan produksi minyak nabati lain seperti minyak kedelai di dunia.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengatakan, dengan bertambahnya pasokan minyak nabati ke pasar membuat permintaan minyak sawit menjadi menurun. "Ternyata bukan salah tulis, tetapi ini siklus minyak kedelai," katanya, Jumat (6/6).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) volume ekspor minyak nabati yang salah satunya CPO pada April 2014 tercatat 1,2 juta ton atau turun 47,55% dibandingkan Maret 2014 yang mencapai 2,3 juta ton.
Sementara itu untuk nilai ekspor minyak nabati juga tercatat mengalami penurunan dari US$ 2,03 miliar pada Maret menjadi US$ 1,11 miliar di bulan April. Selain faktor meningkatnya pasokan suplai minyak nabati, pada saat bersamaan terjadi kenaikan bea keluar (BK) CPO yang cukup tinggi seiring dengan harga minyak sawit dunia yang meningkat.
Sebelumnya, Fadhil Hasan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, pada bulan April lalu terjadi penurunan permintaan ekspor untuk pasar China dan India.
Selain pertumbuhan ekonomi melambat, penurunan permintaan dari China disebabkan karena para traders mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman bank karena kepercayaan yang masih rendah untuk pinjaman baru. Hal ini dijuga diperparah dengan melemahnya nilai tukar Yuan terhadap dollar Amerika Serikat.
India pengimpor terbesar CPO dan turunannya asal Indonesia juga mencatat penurunan permintaan meskipun biasanya jelang Ramadhan negara bollywood ini akan meningkatkan stok minyak nabati di dalam negerinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News