Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak corona virus disease 2019 (Covid) terhadap perekonomian dalam negeri mulai terasa tambah berat sejak awal bulan ini. Sejumlah pihak memprediksi rendahnya konsumsi rumah tangga di kuartal II-2020 bakal membuat pertumbuhan ekonomi di level 1%.
Situasi saat ini perlu diwaspadai. Sebab kuartal II-2020 adalah periode penentu konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor terbanyak produk domestik bruto (PDB).
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah saat ini akan mengandalkan perluasan dan penambahan bantuan langsung tunai (BL) untuk penerima manfaat program keluarga harapan (PKH). Ini guna menyokong konsumsi rumah tangga di kala Ramadan.
Baca Juga: Faisal Basri prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa negatif 2,5%
Meski demikian, Iskandar tidak memungkiri bahwa kuartal II-2020 akan menjadi pukulan berat sebab sudah benar-benar terasa, berbeda dengan tiga bulan awal di tahun ini.
“Mungkin di kisaran 4% untuk kuartal I-2020. Karena Januari-Februari belum terdampak Covid-19, baru di Maret dan saat ini signifikan dampaknya,” kata Iskandar kepada Kontan.co.id, Jumat (24/4).
Ekonom Institus Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan dalam kondisi normal tanpa Covid-19, produksi barang dan jasa akan meningkat selama periode yang ada Ramadan dan Lebaran.
Namun, saat ini pandemi terus merembet ke setiap lini ekonomi, sehingga ada kemungkinan produksi barang menurun. Aktivitas industri melambat atau turun. Bahkan menurutnya, masyarakat juga mungkin tidak banyak melakukan konsumsi dan aktivitas di luar rumah karena menghindari covid.
Eric menambahkan berbagai stimulus fiskal yang sudah diberikan pemerintah akan sedikit membantu pertumbuhan ekonomi tidak di level negatif. Proyeksi Eric sepanjang kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi dalam negeri hanya bertengger di level 0,9% secara tahunan.
“Daripada dengan skema-skema pelatihan. Bantuan Langsung Tunai (BLT) cash transfer akan bisa langsung digunakan rumah tangga miskin penerimanya untuk konsumsi,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Jumat (24/4).
Di sisi lain, Pengamat Ekonomi sekaligus Dosen Perbanas Institute Peter Abdullah lebih pesimistis. Dia prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-20202 akan minus 1%-2% persen secara yoy.
Baca Juga: Ini sektor manufaktur yang masih agresif dobrak pasar ekspor di tengah virus corona
Piter bilang selama bulan Ramadhan dan Lebaran diperkirakan akan ada kenaikan konsumsi secara bulanan khususnya dari mereka yang masih mampu. Alias masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tapi kenaikannya sangat terbatas dan secara tahunan tetap turun signifikan.
“Kenaikan hanya untuk konsumsi makanan, sementara konsumsi non food akan tetap menurun. Tidak ada yang mau belanja baju baru,” kata Piter kepada Kontan.co.id, Jumat (24/4).
Menurutnya peningkatan konsumsi pangan untuk sebagian masyarakat yang masih mampu tidak juga cukup menutup penurunan konsumsi masyarakat terdampak yang kehilangan pendapatan.
”Jadi secara keseluruhan konsumsi selama bulan ramadan dan lebaran Kali ini akan menurun sangat signifikan secara yoy. Penurunan konsumsi sudah pasti terjadi karena sebagian dari mereka kehilangan income. Bantuan tidak bisa menggantikan semua income,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News