Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia pada kuartal II-2020 tumbuh negatif 5,32% yoy akibat pandemi Covid-19. Kontraksi ini juga dipengaruhi oleh kontraksi seluruh komponen pembentuknya.
Dengan kondisi seperti ini, Bank Mandiri memandang, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa cenderung terkontraksi di sepanjang tahun 2020. Bahkan, pertumbuhannya bisa di kisaran minus 1,00% yoy atau jauh terpuruk dari pertumbuhan di sepanjang 2019 yang sebesar 5,02% yoy.
"Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan PDB kami yang sebelumnya 0,02% yoy. Ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi di semester I-2020 yang turun jauh dari yang bisa diantisipasi," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro kepada Kontan.co.id, Rabu (5/8).
Baca Juga: Jadi kontributor pertumbuhan terbesar, ekonomi Pulau Jawa anjlok dalam di kuartal II
Andry juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 masih akan terkontraksi. Akan tetapi, ini masih dalam tingkat yang lebih rendah daripada kontraksi ekonomi pada kuartal II-2020.
Andry memandang laju pertumbuhan ekonomi akan sangat bergantung pada seberapa baik pemerintah dalam mengendalikan penyebaran COvid-19 di Indonesia. Selain itu, ini juga sangat bergantung pada efektivitas program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Pandemi Covid-19 memang menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia ke ambang resesi. Bahkan, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 tersebut merupakan yang terendah sejak lebih dari dua dekade lalu, atau sejak kuartal I-1999 yang sebesar minus 6,13% yoy.
Suhariyanto juga menyebut, yang menarik dari pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 adalah pertumbuhan negatif pada sektor konsumsi rumah tangga. Padahal, seperti yang diketahui, konsumsi rumah tangga merupakan motor penggerak ekonomi terbesar selama ini.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 tumbuh negatif 2,96% yoy setelah pada kuartal I-2020 sempat tumbuh positif 2,83% yoy.
Selain konsumsi rumah tangga, komponen lain yang tumbuh negatif adalah investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang terkontraksi cukup dalam, yaitu minus 8,61% yoy setelah pada kuartal I-2020 juga menurun pertumbuhannya menjadi 1,70% yoy.
Baca Juga: Kemenko Perekonomian berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih di kuartal III
Konsumsi pemerintah juga tak mampu tumbuh positif di kuartal II-2020. Menurut BPS, konsumsi pemerintah tumbuh negatif 6,90% yoy setelah pada kuartal I-2020 tumbuh 3,75% yoy.
Begitu juga dengan ekspor dan impor barang jasa. Keduanya sama-sama terkontraksi masing-masing minus 11,66% yoy dan minus 16,96% yoy akibat kondisi perekonomian global yang juga tak pasti dan resesi yang dialami oleh negara mitra dagang Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News