kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi Indonesia masih dalam tahap periode survival


Senin, 09 November 2020 / 21:20 WIB
Ekonomi Indonesia masih dalam tahap periode survival
ILUSTRASI. Aktivitas peternak ayam petelur di Bogor, Jawa Barat, Senin (26/10/2020). Pengesahan UU Cipta Kerja memungkinkan peningkatan investasi di sektor peternakan. KONTAN/Baihaki


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih terus tertekan akibat penyebaran pandemic covid-19. Akibatnya saat ini Indonesia masih belum bisa berharap banyak dari investasi.

Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri menyebutkan selama pandemi, ekonomi belum diatasi Indonesia belum akan merangkak ke fase pemulihan investasi. Menurutnya saat ini yang terjadi adalah kondisi berusaha bertahan atau survival.. “Akan ada periode yang disebut sebagai survival, itu adalah sekarang, mencapai titik terendah di quarter kedua, improve sedikit di quarter ketiga, naik lagi terus, tapi belum sampai ke normal, selama pandemi masih jadi problem, saya melihat periodenya periode survival,” ujar Dede sapaan akrab Chatib pada "Peluang Mendorong Investasi Saat Pandemi” dalam Bicara Data Virtual Series, Senin (9/11) November 2020

Nah, setelah pandemi bisa diatasi, kegiatan ekonomi mengarah ke normal baru bisa masuk ke tahap pemulihan. “Recovery hanya bisa dilakukan kalau pandeminya harus bisa di-address, kalau tidak bisa di-address Anda akan berhadapan yang saya sebut skala ekonomi. Kalau kapasitas terpasangan masih banyak, saya nggak mungkin beroperasi 100 persen, ngapain saya berinvestasi kan?” ujar Menteri Keuangan Indonesia di tahun 2014 ini.

Menurut Dede, investasi akan kembali masuk atau naik akan terjadi ketika ekonomi sudah mulai normal. “Hitungan sederhana ekonomi kita baru masuk kondisi normal itu di 2022, di situlah kita baru bisa bicara ekspansi, investasi swasta dan macam-macam,” tambahnya. Pada saat itu penting memastikan adanya kemudahan dan kepastian investasi terutama di daerah.

Menurutnya juga memang perlu memasukan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengedepankan isu lingkungan dan perlindugan sosial. Tren sumber-sumber dana global saat ini menurut Chatib punya perhatian besar pada isu tersebut dalam keputusan investasinya. “Mereka mulai menghindari pembiayaan sektor-sektor yang dinilai mengganggu environment, financingnya sudah agak susah,” tambahnya.  Untuk itu, campur tangan pemerintah sangat penting, misalnya dengan menghapus subsidi bahan bakar fosil untuk mendorong penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Hidayat Amir menyebutkan saat ini ekonomi tanah air berada dalam fase survival. “Makanya yang dilakukan pemerintah dengan APBN 2020 dan akan diteruskan pada 2021, sepanjang Covid masih ada, prioritasnya ya menangani kesehatan,” katanya. Di masa survival, kata Hidayat memang berat untuk mendorong investasi.

Meski demikian Hidayat meyakini situasi survival sangat sementara, terlebih sebagai negara berkembang Indonesia sangat menjanjikan. “Pasti akan terjadi recovery, dan harapannya recovery itu tidak hanya cukup mengembalikan pada situasi awal, tetapi juga menjaga momentumnya,” tambahnya. Artinya, pada saat pemulihan nanti seharusnya sisi investasi bisa bergerak lebih cepat dengan disokong bukan hanya kebijakan fiskal tetapi juga penyederhanaan regulasi.




TERBARU

[X]
×