Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat memutuskan untuk menunda meningkatkan suku bunga. Namun, rencana itu diperkirakan akan terealisasi pada triwulan I tahun 2015. Apabila itu terjadi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan kembali diuji.
Ekonom dari Universitas Indonesia Berly Martwardaya mengungkapkan saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengambil kebijakan jangka pendek. Indonesia, sebut Berly, hanya punya waktu tiga bulan untuk membenahi sistem keuangannya.
"Solusi short term harus dilakukan supaya terlihat Indonesia serius tangani masalah neraca perdagangan dan dollarisasi. Kalau tidak, maka akan drop nilai Rupiah," ujar Berly dalam diskusi yang dilakukan Smart FM di Jakarta, Sabtu (20/12/2014).
Menurut dia, ada tiga langkah yang bisa dilakukan pemerintah dalam jangka pendek untuk menstabilkan kembali nilai rupiah. Pertama adalah mengatasi dollarisasi dengan melakukan pengawasan terhadap transaksi. "Pengawasan perlu dilakukan apalagi dalam hal kontrak-kontrak kerja energi yang biasa pakai Dollar," ucap Berly.
Semakin banyak penggunaan Dollar di dalam negeri, Berly melihat justru akan semakin menunjukkan pesimisme terhadap Rupiah. Kedua, Berly mengungkapkan pemerintah harus hasilkan postur APBN-P yang sehat. Neraca perdagangan Indonesia bersama dengan India tercatat dengan angka defisit paling tinggi.
"Maka dari itu yang ketiga adalah pemerintah harus mengurangi impor secara sistematis sehingga industri kita bisa lebih kuat," imbuh Berly.
Apabila dalam tiga bulan mendatang pemerintah tak mengambil kebijakan signifikan, Berly memprediksi Rupiah akan terus merosot drastis pada saat The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga.
Pada Selasa (16/12/2014), kurs tengah Bank Indonesia untuk Rupiah sempat menyentuh Rp 12.900 per dollar AS. Nilai tukar ini mulai menguat perlahan, dan pada perdagangan Jumat (19/12/2014) ditutup di level Rp 12.500 per Dollar AS.
Bank Indonesia telah melakukan intervensi dengan membeli Rp 1,5 triliun obligasi dalam satu hari. Sedangkan pada Selasa, Bank Indonesia baru membeli Rp 200 miliar obligasi. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News