Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Juli 2019 lalu, penerimaan negara belum menunjukkan perbaikan. Kondisi penerimaan negara yang tertekan membuat ruang belanja lebih terbatas. Maka, pemerintah berencana untuk melakukan langkah efisiensi di beberapa pos belanja.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai langkah efisiensi yang dilakukan pemerintah adalah strategi untuk menjaga defisit anggaran.
Efisiensi yang bakal dilakukan merupakan bentuk konsekuensi dari melemahnya penerimaan negara. "Konsekuensinya kalau penerimaan melambat seperti saat ini, belanjanya harus direm juga," kata Lana pada Kontan.co.id, Rabu (28/8).
Baca Juga: Ekonom Stanchart: Agar ekonomi melaju kencang, investasi harus terus didongkrak
Ia berpendapat pemerintah bisa melakukan efisiensi untuk subsidi. Hal tersebut dapat dilakukan karena proyeksi patokan beberapa faktor seperti harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah tahun 2019 berada di bawah proyeksi.
"Harga minyak mentah saat ini tidak setinggi yang diasumsikan pemerintah yaitu US$ 70 per barel. Saat ini harganya sekitar US$ 50 - US$ 60 per barel. Dari sisi Rupiah yang awalnya diasumsikan sampai Rp 15.000, saat ini bertahan di kisaran Rp14.000 - Rp 14.500. Itu bisa mengurangi besaran subsidi. Jumlah volumenya tetap, hanya nominalnya yang berkurang. Dari situ pemerintah bisa mengurangi belanjanya," jelas Lana.
Ia mengungkapkan jika efisiensi belanja dilakukan untuk subsidi tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika efisiensi dilakukan untuk belanja modal atau barang, akan berpengaruh pada besaran pertumbuhan ekonomi.