Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang penurunan suku bunga acuan pada tahun 2023 memang ada. Namun, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual bilang kemungkinannya sangat tipis.
Ini sehubungan dengan kondisi yang terjadi di dalam negeri dan juga ketidakpastian di lingkup global yang pasti akan mempengaruhi domestik.
"Inflasi masih di atas target BI dan sejauh ini masih ada ketidakpastian geopolitik yang bisa mendorong kenaikan harga komoditas lagi," terang David kepada Kontan.co.id, Kamis (25/5).
Inflasi Indonesia pada April 2023 tercatat 4,33% yoy. Ini memang turun dari 4,99% yoy pada bulan sebelumnya. Namun, masih di atas kisaran sasaran yang sebesar 2%-4%.
Baca Juga: Ini Alasan BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 5,75%
Selain itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang biasanya menjadi acuan kebijakan dunia, masih belum memberi tanda untuk menurunkan suku bunga acuan.
"Kemungkinan suku bunga The Fed masih higher for longer (di level tinggi untuk waktu yang lebih lama)," tambah David.
Nah, celah kecil untuk penurunan suku bunga bisa makin lebar bila tren inflasi Indonesia sudah kembali ke kisaran sasaran.
Selain itu, nilai tukar rupiah bergerak stabil dan kondisi ketahanan eksternal terlihat masih nyata di tengah gejolak global.
Bila ini terjadi, David melihat kemungkinan penurunan suku bunga acuan ada pada kuartal IV-2023 dengan besaran penurunan sesuai kebutuhan otoritas moneter.
Baca Juga: Gubernur BI Proyeksi Suku Bunga The Fed Telah Mencapai Puncaknya
Namun, David juga melihat kemungkinan BI mengambil opsi untuk tidak langsung menyentuh kebijakan suku bunga.
Bisa saja, BI akan mengambil langkah dengan kebijakan pelonggaran terlebih dulu seperti pelonggaran giro wajib minimum (GWM), baru kemudian menurunkan suku bunga acuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News