Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Demi menghindari pelemahan rupiah lebih jauh, Bank Indonesia (BI) telah membuat keputusan untuk menaikan BI rate dari 5,75% menjadi 6%. Ekonom menilai, peningkatan dalam jumlah tersebut merupakan langkah yang tepat.
"Strategi menaikkan BI rate 25 basis poin sudah benar," sebut Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, kepada KONTAN, Kamis, (13/6).
Ia menilai, jika BI menaikkan terlalu besar, pasar bisa menangkap ini merupakan sikap panik. Bahkan, nantinya ini bisa meniupkan sentimen negatif terhadap pasar.
Meski demikian, Tony sangsi bila kenaikan BI rate ini dapat mendorong penguatan rupiah. "Kita lihat dulu respons pasar," ujarnya.
Dalam beberapa hari belakangan, rupiah memang terus melemah. Per hari ini saja, kurs tengah rupiah berada di posisi Rp 9.887.
Jika BI rate sudah dinaikkan, namun rupiah masih terkulai lemah, Tony beranggapan bahwa BI perlu untuk kembali menaikkan BI rate. Namun, peningkatannya harus tetap konservatif, yakni 25 basis poin saja.
Selain itu, lanjut Tony, kenaikan suku bunga acuan ini dapat mengurangi biaya intervensi yang dikeluarkan BI untuk penguatan rupiah. Maklum, cadangan devisa negara terus mengalami penurunan. Per April, cadev berada di posisi US$ 107,269 miliar. Kemudian pada akhir Mei, ini jatuh ke posisi US$ 105,1 miliar.
Tony melihat bahwa posisi cadev tersebut sudah sangat tipis. Karena telah sangat dekat dengan batas psikologis cadev semestinya, yakni US$ 100 miliar.
Satu hal yang menjadi catatan, kenaikan BI rate dalam upaya penguatan rupiah akan sia-sia bila tak dibantu oleh kepastian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Semua ini akan kurang efektif jika tak ada dukungan dari pemerintah untuk segera memberi kepastian kebijakan fiskal, terutama dalam penentuan harga BBM," ucap Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), Destry Damayanti, kepada KONTAN.
Ia menyebut bahwa keputusan ini akan menyakitkan dalam waktu dekat. Namun dalam jangka menengah dan panjang merupakan hal yang baik. Karena ini dapat menjadi salah satu langkah untuk memulihkan kepercayaan pelaku bisnis. Destry pun berharap, tekanan terhadap rupiah bisa mereda dan dapat menjaga inflasi ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News