Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca dagang Maret mengalami surplus di atas US$ 800 juta. Ekonom pun memperkirakan hal serupa.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat, neraca dagang Maret memang akan mengalami surplus. Surplus akan berada pada kisaran US$ 700 juta-US$ 800 juta. Hal ini disebabkan ekspor non migas alias ekspor produk manufaktur danĀ impor non migas juga menurun.
Untuk neraca dagang migas tetap akan mengalami defisit karena impor bahan bakar minyak (BBM) tetap besar karena jumlah kendaraan yang terus bertambah. Karena itu, Ryan optimis surplus neraca dagang ini akan membawa pengaruh positif bagi rupiah.
Perkiraannya rupiah akan bergerak mengaut pada level 11.400 hingga akhir Juni. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual pun memperkirakan neraca dagang Maret akan mengalami surplus sebesar US$ 400 juta-US$ 500 juta.
Data realisasi investasi triwulan I yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah menunjukkan adanya perlambatan dengan pertumbuhan yang hanya mencapai 14,6%. "Impor turun besar makanya surplus," tandas David.
Meskipun neraca dagang surplus bukan berarti rupiah akan menguat. Menurut David, neraca dagang surplus sudah diekspetasi pasar. Yang lebih dikuatirkan pasar adalah defisit transaksi berjalan triwulan I yang menurut dirinya masih dalam kisaran 2%.
Rupiah, diakui David, akan bergerak pada kisaran 11.500. Selain transaksi berjalan, sentimen politik dalam jangka pendek masih memberi tekanan pada rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News