Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Sejumlah ekonom sependapat dengan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan terjadinya defisit neraca perdagangan pada Agustus 2014. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, neraca dagang Agustus akan defisit sekitar US$ 204 juta. Defisit lebih terjadi sebagai akibat ekspor yang melemah karena harga komoditas turun, seperti minyak sawit mentah (CPO) yang mencapai lebih dari 10%.
Selain CPO, harga batubara juga hanya mengalami kenaikan tipis 0,3% pada Agustus. "Dua komoditi ini besar pengaruhnya bagi ekspor kita," ujar Lana kepad KONTAN, Selasa (23/9).
Menurut Lana, ekspor konsentrat baru bisa memberikan pengaruh pada kinerja ekspor keseluruhan pada bulan September. Pasalnya pengapalan komoditi ekspor ini baru terjadi pada bulan September 2014.
Sedangkan menurut Kepala Ekonom BII Juniman, impor pada bulan Agustus naik. Perkiraannya apabila pada Juli impor sebesar US$ 14,05 miliar, pada bulan Agustus menjadi US$ 15,1 miliar.
Penurunan impor yang terjadi pada bulan Juli tidak akan kembali terjadi karena aktivitas impor sudah kembali normal. "Setelah kemarin libur lebaran pada bulan Juli sehingga kembali lagi defisit (neraca dagang Agustus)," tukas Juniman.
Juniman prediksi neraca dagang Agustus defisit US$ 130 juta. Menurut Juniman, kalau pemerintah ingin neraca dagang surplus maka hal yang harus dilakukan adalah menaikkan harga BBM subsidi. Dengan menaikkan harga BBM maka akan menurunkan impor migas.
Kalau mengandalkan pemulihan ekonomi global saja untuk mendorong ekspor akan sulit dilakukan. Pemerintah bisa bertindak pada sisi impor untuk melakukan pengereman, terutama pada impor migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News