Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan inflasi pada Mei 2022 akan berada pada kisaran 0,31% month to month (mom) atau 3,47% secara year on year (yoy).
Yusuf memperkirakan inflasi barang bergejolak masih akan menjadi pendorong utamanya. Meski demikian, menurutnya inflasi barang bergejolak peningkatannya tidak akan setinggi jika dibandingkan dengan bulan April 2022.
“Hal ini juga selaras dengan beberapa harga komoditas pangan seperti bawang putih, cabai rawit, cabai merah dan minyak goreng yang mengalami penurunan harga disepanjang bulan Mei,” ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Rabu (1/6).
Baca Juga: Pemerintah Diminta Batalkan Wacana Skema Subsidi Tertutup untuk Pertalite
Sementara itu, Yusuf melihat komoditas yang naik antara lain bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi dan gula pasar. Adapun peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh menipisnya pasokan akibat cuaca ekstrem di daerah pulau Jawa beberapa waktu terakhir ini. Sedangkan kenaikan daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan karena adanya kenaikan pada harga pakan ternak.
“Adapun sumbangan inflasi di luar komoditas pangan masih akan disumbang oleh inflasi yang didorong oleh kenaikan harga angkutan udara antar kota,” jelas Yusuf.
Dia menambahkan bahwa pengaruh pemberian tambahan subsidi ke inflasi memang akan berpotensi menahan laju inflasi terutama untuk harga barang yang diatur oleh pemerintah tidak bergerak meningkat.
“Dengan catatan harga minyak secara global tidak mengalami peningkatan di luar asumsi harga minyak yang ditetapkan oleh pemerintah,” tuturnya.
Baca Juga: Redam Inflasi, Sri Mulyani Minta Tambahan Anggaran Subsidi Rp 520 Triliun
Menurutnya, jika harga minyak mengalami peningkatan di luar asumsi yang ditargetkan pemerintah maka subsidi tentu tidak bisa mengakomodasi kenaikan harga tersebut. Kecuali jika pemerintah juga ikut menambah anggaran subsidi sesuai dengan pergerakan harga minyak yang akan terjadi.
Dihubungi berbeda, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memperkirakan inflasi pada Mei 2022 juga akan melandai pada kisaran 0,38% mom atau 3,54% yoy.
Menurutnya, selain faktor barang bergejolak, kenaikan inflasi ini juga dipicu oleh tarif angkutan seiring dengan adanya momen mudik lebaran pada awal Mei 2022 serta adanya arus balik mudik pada minggu kedua Mei 2022.
“Kalau harga-harga yang diatur oleh pemerintah khususnya energi Bahan Bakar Minyak (BBM), Liquified Petroleum Gas (LPG) dan listrik tidak naik, kemungkinan inflasi sampai dengan akhir tahun mencapai 4% yoy,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News