Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Senior Indonesia Raden Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan tidak akan mencapai 5%. Hanya saja, meski tidak mencapai angka tersebut, Raden Pardede yakin bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara lain.
Raden menyampaikan, belajar dari pandemi Covid-19 yang menghantam perekonomian Indonesia hampir 3 tahun, Indonesia mampu melewati perekonomian Indonesia yang diwarnai ketidakpastian di tahun depan.
"Pertumbuhan ekonomi kita mungkin tidak akan setinggi tahun ini, mungkin di bawah 5% sedikit. Tapi di bawah 5% pun saya yakin kita lebih baik daripada banyak negara lain," ucap Raden dalam acara AP Dialog Akhir Tahun, Rabu (21/12).
Baca Juga: Ekonomi Global Tak Pasti, Ekonomi Indonesia Tahun Depan Diprediksi Tumbuh 4,5%-5,3%
Ia menegaskan, saat ini tantangan yang dihadapi Indonesia telah bergeser dari pandemi Covid-19 menjadi ancaman stagflasi. Bahkan negara-negara maju terancam jatuh ke jurang resesi dan sudah ada negara yang menuju resesi.
Untuk di Indonesia, badai resesi tersebut belum diketahui apakah akan menerjang perekonomian Indonesia. Hanya saja, Indonesia bisa berpotensi terkena dampak resesi tersebut.
"Kita seakan-akan belum terkena badai itu. Tetapi badai itu kita lihat menuju ke kita. Seberapa besar badai itu menghatam kita, kita belum tahu. Tetapi yang jelas badai itu ada di global dan akan berpengaruh ke kita," tuturnya.
Raden melihat, ada dua dampak yang kemungkinan besar akan berpengaruh ke perekonomian Indonesia.
Pertama, kenaikan suku bunga yang tinggi akan berdampak kepada bunga utang semua negara. Beruntungnya, kata Rade, Indonesia tidak memiliki utang luar negeri (ULN) yang terlalu besar, sehingga tidak terlalu berdampak kepada utang Indonesia.
Baca Juga: Ini Daftar 10 Proyek Strategis Nasional Terbaru Senilai Rp 265 Triliun
"Semua negara apalagi dia berhutang dengan dolar AS, semua negara yang utangnya banyak, apalagi dalam dolar AS, semua akan terkena," ucap Raden.
Selain itu, gejolak perekonomian global di tahun depan juga akan menyebabkan pelemahan dari sisi permintaan yang kemudian berimbas terhadap penurunan produk ekspor, terutama untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Akibat penurunan tersebut, badai pemutusan hubungan kerja (PHK) juga akan mengantui para buruh.
"Order barang sudah mulai kena, jadi TPT, garmen dan alas kaki sudah mulai kena, mulai menurun ordernya," tandansya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News