kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ekonom ingatkan pemerintah untuk hati-hati dengan commodity boom


Jumat, 24 September 2021 / 21:07 WIB
Ekonom ingatkan pemerintah untuk hati-hati dengan commodity boom
ILUSTRASI. komoditas batubara


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2021, sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga usai tertekan di tahun 2020 lalu. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan harga komoditas saat ini sudah memasuki commodity boom.

Dia menjelaskan, beberapa komoditas kenaikan harga komoditas memang cukup impresif di tahun ini. Lihat saja, harga minyak mentah telah naik 46,1% secara year to date (ytd) hingga Selasa (21/9).

Kenaikan harga lebih tinggi di alami oleh harga gas bumi yang melonjak 96% ytd. Lalu harga minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) juga naik 14,9% ytd.

“Jadi memang kita mengalami commodity boom. Batubara bahkan juga naik 120,5% ytd, nikel juga menguat 12,5%. Sehingga dari komoditas yang sudah disebutkan, kita sedang mengalami tren yang cukup bagus karena adanya pemulihan ekonomi,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (24/9).

Pemulihan ekonomi global pun sudah terjadi di China dan beberapa negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang meminta bahan baku barang setengah jadi yang lebih banyak dari negara penghasil komoditas seperti Indonesia.

Akan tetapi, pemerintah jangan sampai terjebak dari commodity boom ini. Sebab Bhima mengatakan, pelajarannya adalah ketika terjadi commodity boom Indonesia sering kali lupa mengembangkan industrinya.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri: Harga komoditas masih tetap tinggi hingga akhir 2021

Sehingga terjadi deindustrialisasi prematur, yaitu posisi industri manufakturnya mengalami penurunan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) karena lebih banyak minat untuk ekspot bahan mentah atau olahan primer.

“Perlu diperhatikan lagi adalah soal hilirisasi komoditasnya sehingga ada nilai tambahnya dan bisa menyumbang devisa yang lebih besar. Artinya kita harus belajar dari kejadian commodity boom pada 2010, sehingga ketika commodity boom-nya berakhir kita bisa mencetak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas,” tambah Bhima.

Sementara dampak terhadap Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP) dari harga komoditas yang naik ini diperkirakan cukup positif dan akan tumbuh 15% sampai 19% yoy karena booming komoditas akan berlanjut hingga akhir 2021.

Lebih lanjut, Bhima bilang soal PNBP pemerintah juga tidak perlu khawatir karena setiap harga minyak mentah naik maka akan ada manfaat bagi penerimaan PNBP secara otomatis.

Selanjutnya: Ketua KPK: Alhamdulillah, Azis Syamsuddin sudah ditemukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×