Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa tahun terakhir pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) valas seperti eurobond dan samurai bond pada di semesster I. Namun, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memandang, penerbitan SBN valas idealnya dilakukan pada semester II.
"Ini mempertimbangkan efek pemilu yang sudah selesai dan mencermati langkah The Fed serta perkembangan makroekonomi global khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (1/4).
Bila penerbitan SBN valas yakni euro bond dan samurai bond diterbitkan pada semester II, Bhima menyarankan supaya eurobond yang diterbitkan dengan yield 2.18%, tenor 5 hingga 7 tahun dan dengan nilai maksimal sebesar 700 juta euro.
Sementara, samurai bond sebaiknya diterbitkan dengan yield 1% hingga 1,25% dengan tenor 5 sampai 7 tahun dengan nilai maksimal 10 miliar yen.
Bhima menjelaskan, terdapat beberapa keuntungan serta kekurangan yang diperoleh dengan menerbitkan SBN valas. Salah satu keuntungannya adalah dana asing yang masuk cukup deras ke SBN karena pemerintah menawarkan bunga yang cukup tinggi.
Meski begitu, beban bunga SBN valas pun relatif tinggi. Ini membuat belanja pembayaran bunga bisa melebihi target APBN dan berdampak pada defisit keseimbangan primer melebar.
"Risiko lain terkait missmatch kurs karena dalam bentuk valas. Rupiah sulit diprediksi dalam jangka menengah. Jika AS resesi, kurs melemah , maka beban pembayaran bunga ditambah cicilan pokok makin bera," ujar Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News