kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,60   -12,89   -1.40%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Indef: Pemerintah perlu membuat kebijakan anggaran mengatasi pandemi Covid-19


Kamis, 10 September 2020 / 14:49 WIB
Ekonom Indef: Pemerintah perlu membuat kebijakan anggaran mengatasi pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Covid-19. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menimbulkan guncangan yang besar pada ekonomi Indonesia sehingga harus mengarah pada resesi. Akibatnya, Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 yang begitu cepat. 

Adapun, untuk menekan ekonomi masuk pada jurang resesi, tentunya pemerintah perlu dan harus mengalokasikan anggaran belanja baik Kementerian/Lembaga, pemerintah pusat dan daerah untuk menyalurkan berbagai insentif dan stimulus ke masyarakat dan pelaku usaha. Untuk itu, pemerintah telah menganggarkan alokasi untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional yang berlanjut di tahun 2021. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, sebetulnya pemerintah memiliki kebijakan anggaran yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi Indonesia. 

“Amunisi pemerintah atau peluruhnya adalah dengan membuat formulasi kebijakan anggaran. Sehingga ini perlu didesain masalah apa yang sedang terjadi,” jelas Ahmad dalam konferensi secara daring, Kamis (10/9). 

Baca Juga: Ekonom Indef nilai RAPBN 2021 memiliki prioritas salah sarah

Ia menjelaskan, berdasarkan anggaran belanja pemerintah pusat di tahun 2021 masih sama posturnya seperti di APBN tahun sebelumnya. Bahkan tidak ada perubahan yang mencolok terkait keberpihakan pemerintah untuk mengatasi Pandemi saat ini. 

Adapun, Ahmad melihat justru anggaran untuk  Kesehatan menurun 20,1% dari outlook 2020 sebesar Rp 212,5 triliun menjadi Rp 169,7 triliun dalam RAPBN 2021. 

“Belanja Anggaran kesehatan ternyata menurun banyak di Non K/L untuk kesehatan dari Rp 84,3 triliun menjadi Rp 35,6 triliun. Padahal yang menurut saya penting adalah belanja kesehatan di sisi ini karena untuk rumah sakit dll,” tutupnya. 

Sehingga, ia meyakinkan pemerintah apakah dengan penurunan anggaran itu, pemerintah telah yakin Indonesia akan kembali pulih di tahun depan?

Selanjutnya: Indonesia terancam masuk jurang resesi ekonomi, ini saran ekonom untuk kita semua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×