Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Bank Indonesia memperkirakan cadangan devisa pada Oktober 2018 meningkat, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, justru memperkirakan cadagan devisa Oktober 2018 turun menjadi US$ 113,5 miliar dari US$ 114,8 miliar di bulan sebelumnya.
Penurunan ini diakibatkan adanya intervensi rupiah melalui SBN di pasar sekunder. "Adanya intervensi kurs rupiah melalui pembelian SBN di pasar sekunder," ungkap Bhima kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/11).
Kegiatan ekspor-impor juga menyumbang penurunan cadangan devisa. Menurutnya, pada Oktober terjadi perlambatan ekspor khususnya komoditas primer seperti sawit dan karet. Di sisi lain, tekanan pada impor migas sedikit menurun meskipun rupiahnya melemah.
"Kita cukup surprise impor migas justru turun -25,2% per bulan September dibanding Agustus. Kondisi Oktober mungkin naik tapi tidak terlalu tinggi impor migasnya. Itu juga menjelaskan kenapa cadev tergerus tapi tidak terlalu besar," jelasnya.
Sedangkan sampai akhir tahun, Bhima prediksi cadangan devisa akan ada di posisi US$ 112 miliar.
Dia juga bilang, di akhir tahun ada lonjakan impor migas karena seasonal natal tahun baru dimana permintaan bahan bakar minyak (BBM) tinggi.
"Kabar baiknya harga minyak mentah dunia sekarang dibawah US$ 80 per barel. Turun dari puncak US$ 86 per barel," imbuhnya.
Sedangkan penurunan ini terbilang tipis karena Bank Indonesia (BI) juga menghemat cadangan devisa untuk intervensi rupiah. Ini strategi persiapan bulan Desember, rencananya Fed rate naik dan ada tekanan arus modal keluar. "Ibaratnya BI hemat cadev untk perang yg lebih besar di akhir tahun sampai 2019," jelas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News