Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan segera menerapkan kebijakan pelonggaran rasio intermediasi makroprudensial (RIM) Juli mendatang. RIM dilonggarkan menjadi 84-94% untuk mencapai pertumbuhan kredit 10-12%.
Kebijakan tersebut sebagai upaya BI mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi pembiayaan. Kendati demikian, Ekonom Center of Reform in Economics (Core) Piter Abdullah menilai efektivitas kebijakan tersebut belum bisa dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Piter memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini masih dikisaran 5,1% hingga 5,2%. "Efektivitas kebijakan RIM saya kira tidak bisa diukur dalam hitungan bulanan. Dan banyak faktor yang mempengaruhinya," jelas Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (24/3).
Efektivitas kebijakan pelonggaran RIM masih sangat ditentukan oleh kondisi likuiditas dan permintaan kredit di perbankan. Apabila semua kondisi ini mendukung kebijakan pelonggaran RIM, maka dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Selain itu juga ditentukan oleh demand dari industri serta risk appetite perbankan," tambahnya.
Berdasarkan data yang dimiliki BI, siklus keuangan Indonesia tahun 2018 berada dalam fase ekspansi. Alias sekitar 5%, di bawah batas penyaluran kredit yang berlebihan (10%). Kondisi ini menunjukkan perlunya upaya pendorongan kredit.
Sedangkan, pada Januari 2019, indeks stabilitas sistem keuangan (ISSK) dan indeks resiko sistemik perbankan (IRSP)membaik dan masih terjaga dalam zona normal.
Kredit perbankan pada Januari 2019 tumbuh 11,97% secara tahunan, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (11,75%).
Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) kembali melambat menjadi 6,39% secara tahunan pada Januari 2019 dibandingkan bulan sebelumnya (6,45%).
Penurunan pertumbuhan didorong oleh perlambatan DPK valas dan merupakan pertumbuhan terendah dalam 4 tahun terakhir. Perlambatan intermediasi tersebut terutama disebabkan oleh kelompok BUKU 3.
Kredit UMKM Januari 2019 tumbuh 11,01% secara tahunan, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar 9,58%. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) UMKM meningkat menjadi 3,79% dibandingkan Desember 2018 sebesar 3,44%.
Rasio NPL perbankan juga terpantau meningkat di level 2,56% pada Januari 2019, dibandingkan dengan 2,37% pada Desember 2018. Adapun sektor pertambangan dan perdagangan merupakan sektor dengan rasio NPL Gross tertinggi.
Dari sisi permodalan pada Januari 2019, perbankan memiliki permodalan yang kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) yang relatif tinggi di level 23,12%. Sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat di level 22,89%.
Berdasarkan kelompok bank, tingginya CAR perbankan didominasi oleh bank dari BUKU 3 dan BUKU 2. Likuiditas perbankan juga sedikit mengalami peningkatan, tercermin dari rasio alat likuiditas (AL)/DPK sebesar 20,25% pada Januari 2019, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 19,31%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News