Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,17%. Sedangkan tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di titik tengah 5,2%.
Dengan adanya bonus demografi di tahun 2045, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Hendri Saparini optimistis Indonesia bisa mencapai pertumbuhan di atas 5%.
"Pertumbuhan ekonomi berpotensi lebih tinggi, karena biasanya tumbuh tinggi saat bonus demografi," jelas dia.
Namun, Indonesia masih perlu usaha ekstra untuk mencapai rencana jangka menengah-panjang. Lagi-lagi, Indonesia masih perlu mendorong industri manufaktur sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan industri manufaktur tahun lalu hanya tumbuh 4,07% melambat dari tahun sebelumnya 4,74%.
"Kita menghadapi pertumbuhan cukup membaik tapi masih rendah sementara jumlah tenaga kerja luar biasa dan sumber daya lain juga luar biasa. Maka ini tantangan mendorong sektor manufaktur," jelas Hendri Saparini saat memberikan materi dalam acara 100 Ekonom Perempuan Memandang Indonesia Ke Depan.
Sedangkan, jumlah tenaga kerja saat ini cukup memadai. Berdasarkan data yang dihimpun Universitas Indonesia (UI), Indonesia merupakan populasi terbesar ke-4 di dunia atau sebesar 262 juta.
Dengan jumlah angkatan kerja 2018 mencapai 131 juta, terdiri dari 124 juta sebagai pekerja, dan 7 juta pengangguran terbuka.
Dalam memperkuat industri manufaktur, Hendri berpendapat perlunya dorongan dari investasi di sektor tersebut. Supaya, selain konsumsi yang kuat, produksi juga semakin kuat.
Di sisi lain, perlu juga peningkatan soft infrastruktur alias peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Apalagi dengan jumlah tenaga kerja yang cukup besar, baik profesional maupun non-profesional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News