Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Triwulan pertama realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 mencatat surplus sebesar Rp 2,2 triliun. Realisasi surplus ini sebagai akibat serapan belanja negara yang minim, terutama belanja modal.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat realisasi belanja tahun ini yang merosot terutama belanja modal sudah bisa diperkirakan. Faktor pemilu menjadi sebab realisasi belanja tidak optimal. Apalagi selain pemilu, di tahun ini ada revisi APBN-P 2014 yang sudah pasti akan mengganggu kinerja belanja modal.
Hingga akhir tahun, Lana menilai realisasi belanja modal tidak akan mencapai target. Sama seperti tahun 2013 lalu yang berada di bawah 90%. "Sehingga sebenarnya pemerintah memang tidak perlu khawatir soal defisit," tukasnya.
Mengenai belanja yang paling optimal realisasinya tahun ini, Lana sepakat dengan Menteri Keuangan yaitu subsidi BBM. Sebagai jalan keluar mengatasi subsidi BBM yang membengkak, Lana melihat sebaiknya kenaikan subsidi BBM sebagai opsi tidak dilakukan tahun ini.
Pasalnya perekonomian Indonesia sudah melambat dan akan lebih melambat lagi apabila ada kenaikan, ditambah dengan suku bunga ketat serta inflasi yang tinggi.
Sebagai informasi, realisasi belanja modal pada triwulan pertama 2014 mencapai 3,4% atau sebesar Rp 7,8 triliun. Dalam APBN 2014 pagu belanja modal sebesar Rp 184,2 triliun. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penyerapan belanja modal triwulan pertama 2014 tersebut turun. Triwulan pertama 2013 kemarin realisasi belanja modal sebesar 5,6% atau sebesar Rp 10,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News