kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Permata prediksi BI akan pangkas suku bunga acuan 25 bps


Kamis, 16 Juli 2020 / 13:56 WIB
Ekonom Bank Permata prediksi BI akan pangkas suku bunga acuan 25 bps
ILUSTRASI. Bank Indonesia's logo is seen at Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, January 17, 2019. REUTERS/Willy Kurniawan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata memprediksi kalau Bank Indonesia (BI) akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 4,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan ini.

Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede, penurunan suku bunga acuan bank sentral bertujuan untuk merangsang perekonomian domestik, khususnya dari sisi permintaan perekonomian.

Baca Juga: BI disarankan pangkas suku bunga acuan 25 bps, ini pertimbangannya

"Selain itu, juga untuk mendukung aktivitas produksi yang secara gradual mulai membaik, khususnya dalam mendorong penurunan suku bunga perbankan sehingga bisa mengakselerasi momentum pemulihan ekonomi," kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).

Josua menambahkan, penurunan suku bunga acuan juga mempertimbangkan beberapa indikator makro ekonomi seperti tekanan inflasi yang rendah, stabilitas nilai tukar rupiah, prospek penurunan defisit transaksi berjalan, serta suku bunga instrumen Reverse Repo SUN yang turun.

Tekanan inflasi yang rendah disebabkan oleh permintaan yang cenderung rendah. Ini menunjukkan kalau daya beli masyarakat masih menurun tajam. Data lain yang mendukung lemahnya konsumsi rumah tangga antara lain penurunan indeks kepercayaan konsumen, penjualan eceran, nilai tukar petani, setra penjualan otomotif.

Baca Juga: Jelang penentuan suku bunga BI, cermati saham perbankan hingga properti

Sementara itu, nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini masih cenderung stabil yang tercermin dari volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata yang menurun. One month implied volatility nampak turun ke 11,3% di sepanjang bulan Juli 2020, atau lebih rendah dari Juni 2020 yang di kisaran 12% - 13%.

"Penurunan volatilitas rupiah ini sejalan dengan penurunan volatilitas di pasar keuangan global," tambah Josua.

Dari sisi defisit transaksi berjalan atau current accout deficit (CAD), Josua melihat kalau CAD pada kuartal kedua tahun ini akan tetap rendah dan bahkan lebih rendah dibandingkan CAD kuartal I-2020 yang sebesar 1,4% PDB.

Penurunan CAD ini juga didukung oleh surplus neraca perdagangan pada kuartal II-2020 yang surplus US$ 2,91 miliar atau meningkat dari suprlus kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 2,59 miliar.

Baca Juga: Saham-saham yang paling banyak diobral asing kemarin, Rabu (15/7)

Sayangnya, penurunan CAD ini tak serta merta membawa kabar baik. Josua melihat, penurunan CAD pada kuartal II-2020 malah mengindikasikan kalau aktivitas investasi serta permintaan domestik lemah sehingga mendorong eksektasi perlambatan ekonomi yang signifikan di kuartal II-2020.

Terakhir, suku bunga instrumen BI Reverse Repo SUN dalam dua minggu terakhir menunjukkan penurunan. Katanya, penurunan suku bunga instrumen ini biasanya mengindikasikan adanya penurunan suku bunga acuan bank sentral.

  •  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×