Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Inflasi pada tahun depan pun dipandang relatif lebih tinggi dari proyeksi inflasi karena disebabkan oleh meningkatnya beberapa administered prices. Oleh karena itu, Andry berharap bahwa BI akan terus mengeluarkan kebijakan moneter yang akomodatif pada sepanjang tahun tersebut.
Lebih jauh, Andry juga melihat bahwa ada kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang akan berada dalam tren dovish sehingga masih ada ruang BI untuk memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 4,75%.
Baca Juga: Kementan sebut produksi beras capai tiga juta ton per bulan di tahun depan
Usaha ini pun untuk menggenjot ekspansi pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global.
Andry pun mengimbau agar Indonesia tetap waspada karena ada kemungkinan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan (TB) atau current account deficit (CAD) menjadi 2,88% dari PDB.
Ini disebabkan oleh semakin meningkatnya impor akinat konsekuensi dari meningkatnnya pertumbuhan investasi,
"Pertumbuhan investasi yang lebih baik karean adanya reformasi ekonomi yang masif dan berkurangnya ketidakpastian setelah akhir tahun politik 2019," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News