CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.701   77,00   0,49%
  • IDX 7.312   67,81   0,94%
  • KOMPAS100 1.125   7,85   0,70%
  • LQ45 889   1,80   0,20%
  • ISSI 222   2,47   1,12%
  • IDX30 457   0,46   0,10%
  • IDXHIDIV20 553   -0,94   -0,17%
  • IDX80 129   0,53   0,41%
  • IDXV30 138   -0,62   -0,45%
  • IDXQ30 153   -0,01   -0,01%

Efek negatif hentikan utang luar negeri


Rabu, 11 Juni 2014 / 06:17 WIB
Efek negatif hentikan utang luar negeri
ILUSTRASI. Jadwal M4 Mobile Legends Knockout Stage Day 8, Hasil Pertandingan dan Link Streaming


Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Para ahli ekonomi menilai keinginan pasangan Prabowo-Hatta meniadakan utang luar negeri bakal berimplikasi buruk di dalam negeri. Namun, para ekonom tetap pesimistis rencana itu bisa terlaksana jika mereka memimpin 2014-2019.

Lana Soelistianingsih, Ekonom Universitas Indonesia (UI), menjelaskan, penghentian utang luar negeri akan mendorong pemerintah mencari pendanaan di dalam negeri. Walhasil, surat berharga negara (SBN) dan portofolio lainnya bakal semakin membanjiri pasar keuangan domestik. "Pemerintah juga harus memperbesar kupon SBN agar investor mau membelinya," kata Lana, Senin (9/6)

Dengan keterbatasan keuangan di pasar domestik, banjirnya SBN akan menyebabkan sektor korporasi kesulitan mencari pendanaan melalui obligasi. Kalaupun terpaksa, korporasi harus memasang suku bunga yang lebih tinggi lagi. "Akan timbul persaingan suku bunga obligasi dan bunga kredit perbankan," tandas Lana.

Selain itu, ada risiko nilai tukar. Ingat, meskipun utang luar negeri dihentikan, pemerintah masih punya kewajiban pelunasan hingga beberapa puluh tahun mendatang. Pembayaran utang masih harus menggunakan dollar AS, sehingga tanpa pasokan dari global bond ataupun pinjaman bilateral, permintaan mata uang dari negeri paman sam akan tinggi.

Ekonom Center on Reform of Economics, Hendri Saparini, juga meragukan skema ini bisa berjalan. Alasannya, investor dalam negeri belum terbiasa dengan investasi yang berisiko. Masyarakat lebih memilih investasi yang aman, seperti tabungan, emas, hingga properti.

Untuk menggenjot minat masyarakat berinvestasi di obligasi, butuh waktu panjang. Pemerintah dan pihak swasta harus gencar mempublikasikan secara langsung tentang sisi positif dan negatif obligasi. Publikasi harus berupa kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×